Mawar Biru

Persahabatan

“Bersahabat selamanya” demikian kau janjikan
“Bersama sampai akhir masa”
Kita melakukan segalanya berdua
Kau adalah sahabatku.

Kala aku sedih, kau ada di sampingku.
Kala aku takut, kau merasakan ketakutanku.
Kau adalah pendukung setiaku
Jika aku membutuhkanmu, kau selalu ada.

Kau adalah sahabat paling hebat,
Kau selalu tau apa yang harus diucapkan:
Kau buat segalanya tampak lebih baik.
Sepanjang kita saling memiliki,
Segalanya baik-baik saja.

Tapi, ada masanya,
Kita perlahan merenggang,
Aku disini, kau di sana,
Mengoyak sebuah lubang dihatiku.

Segalanya mulai berubah,
Musik kita yang ceria berubah menjadi nada,
Seperti garam tanpa merica,
Seperti bulan tanpa matahari.

Tiba-tiba begitu jauh kita terpisah,
Dua insan berbeda, tanpa kesamaan,
Seakan kita tidak pernah berteman:
Meskipun kita tahu di lubuk hati kita
Kita berdua tidak ada yang bersalah.

Kau menemukan teman baru
Dan untungnya, demikian pula aku,
Tapi hal itu tak mengubah rasa sakit ini
Putusnya persahabatan kita membuatku menangis.

Saat kita tumbuh dewasa, semuanya tentu berubah
Tapi tak selalu harus berakhir.
Meskipun keadaan kita berbeda kini,
Kau akan selalu menjadi sahabatku.

Phyllis lin
Chicken soup for the teenage soul II






-Terimakasih-

untuk segala ujian ini ya Rabb..
terima kasih..
untuk segala keterbatasanku ya Rabb..
terima kasih..

dingin.peluh.airmata.serasa habis sudah.
tapi hidup tetap pada ketetapan-Mu ya Rabb..
aku tak mampu beruat apa2..kecuali atas kehendak-Mu..

semoga ini terbaik untuknya..
meski ikhlas adalah sebuah ujian yg sulit bagi hamba-Mu yg kerdil ini...

aku hanyalah aku
hanyalah seorang biasa
aku hanyalah luka yg meronta ketika pagi tiba
akulah gulita yg tersedu2 ketika malam hilang cahaya
akulah embun yg beku kala matahari menyala
akulah setitik jenuh antara pertemuan pasifik dan hindia

sampai aku tak lagi tahu...
dimana aku di hatimu?

Aku sadar betapa nistanya diriku
Sungguh tiada pantas
Baiknya kupupuskan saja asaku
Kubenamkan dalam – dalam
Jauh di lubuk jiwa
Hingga tiada lagi dapat kutengok
Tiada lagi dapat kuraba
Namun tetap kuingat
Entahlah
Begitu sulit lepas dari neuronku

Tahukah kau
Aku tersiksa
Siksa yang begitu perih
Dalam
Kenyataan itu teramat kuat menyentakku

temui aku dI Telaga biru..
tempat senyap dan bisu mengadu
jangan lepaskan kata-kata yg mengurai pedih itu
aku belum siap...
untuk kehilangan mawar biruku
aku belum saatnya untuk menuai luka yg menyesakkan dada..

apa ini waktunya tuhan?..
apa ketika aku bersimpuh pada-Mu..
apa ketika aku tengah bersujud pada-Mu..
apa ini waktu yg tepat untukku kehilangan segala..

dan kegagalan menghadapi diriku sendiri adalah kenyataan yang ahrus aku hadapi.
inilah yang mebangun jiwaku yang pernah jatuh.

aku pernah gagal.
aku pernah jatuh.
aku pernah hanya diam dan menyaksikan kebodohan melumutiku seperti lumut merayap pada sebatang kayu

tapi aku berjanji,
itu takkan pernah terjadi lagi..
aku bangkit karenaMu
aku kembali karenaMu
aku mencari cahaya itu
meski seorang diri
menapaki jalanku yang gulita
kuingin cahyaMu
hanya karenaMu
Rabb yang maha membolak balikkan hati
Tetapkanlah hati ini diatas dienMu
Teguhkan pendirianku akan hidayahMu
Yakinkan aku
Hanya karenaMu
Karena cintaMu
Bukan cintaku terhadapnya

sekarang,
pilihan bagiku...
adalah untuk berjuang..
untuk kebaikan di hari esok..
untuk masa depan yang telah kurencanakan
untuk optimisme akan do'a-do'a yang kupanjatkan siang dan malam..

Meski aku seorang diri

aku sadar.. betapa hidup itu pilihan...
antara meninggalkan dan ditinggalkan..

aku tak ingin memilih keduanya.. ya Rabb..
Engkau tahu aku tak sanggup..
tetaplah bersamaku ya Rabb..
agar tak putus imanku
agar aku tak lagi mengeluh..


Sunday nite, 100110@23:30