1st Time Ketemu Mocca

ini kejadian waktu PU(Praktek Umum,red)di LIPI Subang dulu. Demi Mocca, aku ngabur dari PU ke Bandung,haha...tapi yang penting aku sudah melakukan "Pengakuan Dosa" dengan kak Yusuf,my advisor.

Haha…bertuzzi lagi!!! Sebetulnya agak kurang fokus karena sedang harap – harap cemas menanti kepastian jadi atau g ketemu Mocca. Huhuiy…!!! Tiba – tiba,pas lagi asyik ngupas jambu biji, ada SMS dari Agung yang bilang bahwa acara dimulai pukul 12.00 dan aku harus sampai di basecamp pukul 10.30…hoho!!! that’s great!!! Gimana ga,,,ini subang, basecamp di sukaluyu, Bandung. Gimana bisa nyampe sesingkat itu,,terbang kali yak???!!! Yeah,… I’m flying without wings!!!

On Nite Like These

On the night like this...there's so many things i want to tell you...
On the night like this...there's so many things i want to show you...

hihi...kejadiannya udah lama banget tapi baru diposting, hehe...tapi udah saya tulis dari dulu emang...

Ehm...tanggal 13 Agustus 2009 silam, tepatnya hari kamis, berjuang demi satu event dimana saya bisa bertemu dengan Swinging Friends dan my Mocca tentunya. Pada malam itu, Swinging Stars Management (manajemennya Mocca) menggelar sebuah acara yang diberi nama "On Nights Like These" di Ballroom bumi sangkuriang. Di undangan yang saya terima tertulis bahwa acara akan dimulai pada pukul 6 sore. Namun kenyataannya, ketika saya tiba disana pukul 5.30, para pengisi acara tengah berlatih dengan serius. Wah, nampakknya acara masih lama nich, pikir saya. Disana hanya tampak beberapa pengisi acara, teknisi, manajemen, dan beberapa panitia yang tergabung dalam Swinging Friends. Lokasi tampak sepi dan lengang, tidak terlihat keramaian yang sudah saya bayangkan sebelumnya. Tempat parkir juga belum dipenuhi oleh kendaraan baru beberapa saja yang ada. Sempet bingung juga jadi ga sih acaranya. Ternyata disini dibentuk panitia dadakan, ya anak – anak SF itu sendiri. Wowwwow…semuanya tampak bersemangat!!! Apalagi saya…Haha!!!

Story of part of my life

Jangan Anggap Enteng Cacar Air


emang sich imunitas tubuh saya sedang lemah waktu itu. Musyawarah Daerah (Musda,red) dibeberapa Kabupaten yang seperti kejar tayang, skripsi, dan lain - lain membuat tubuh saya kejar tayang juga. Sampai akhirnya saya benar - benar ambruk setelah pulang dari les kira - kira jam sepuluh malam. saya merasakan badan saya panas, pegal atau linu atau entah apalah rasanya saya juga kurang begitu ingat karena memang pada saat itu saya tidak ingin merasakan sakit saya itu. Tapi ternyata tubuh saya berkehendak lain. Bangun pagi - pagi, muncul beberapa benjolan atau entah apalah itu namanya yang tampak seperti bekas digigit semut dan seperti berair didalamnya.

"Enggak, itu bukan apa - apa, kamu lagi panas dalam, jadi panasnya itu keluar dari tubuh kamu," hibur ibu saya.

Karena memang saya tidak ingin sakit. Apalagi penyakit yang satu ini. Saya punya serentetan deadline yang harus saya tuntaskan. saya juga merasa saya begitu fit kemarin - kemarin. memang sich sepupu saya sempat sakit cacar beberapa hari lalu, tapi saya biasa saja. nggak ketularan. kecuali hari ini :( setelah kemarin malam ibu saya menyelimuti saya dengan selimut yang pernah dipakai oleh sepupu saya sewaktu sakit. dan ibu saya tidak tahu kalau sebelum pergi liburan kerumah orang tuanya, sepupu saya tidak membereskan barang - barangnya. huh...

Akhirnya saya harus bedrest selama satu minggu dan nggak pergi kemanapun, dan selama dua minggu berikutnya saya nggak keluar rumah, nggak les, nggak rapat, nggak hang out ooohhh...it's really...huh (mpe speechless. Nggak "gue banget" gitu, cuma dirumah, internetan dengan koneksi yang putus-nyambung (kayak apa aja), telponan karena males SMS-an, dan nonton TV sampai saya tau gosip Aa Gym, tau sinetron yang lagi digandrungi nenek saya, dan tau band - band yang sedang naik daun. Hmm...ok,juga lah...

Bekas gelembung berisi cairan pun bisa meninggalkan bopeng yang mengganggu penampilan.

Komplikasi

Cacar air adalah penyakit akut, menular akibat infeksi virus cacar air. Penyakit ini berbeda dengan cacar yang kini dinyatakan telah terbasmi dari muka bumi. Cacar air umumnya hanya mengenai anak kcil. Namun, di negara tropis seperti Indonesia, penyakit ini ternyata banyak juga menghinggapi para remaja dan dewasa.

Penyakit ini disebabkan virus varisela atau disebut juga virus varicella zooster (virus V-Z). Virus ini bisa ditemukan dalam cairan vesikel, darah penderita dan cairan selaput lendir, serta dapat menyebabkan penyakit herpes zoster.

Penularan cacar air lewat percikan ludah orang sakit atau melalui cairan yang keluar bila gelembung-gelembung di kulit yang pecah. Penderita dapat menularkan penyakit ini 24 jam sebelum kelainan di kulit timbul sampai tujuh hari kemudian.

Dalam sejumlah literatur disebutkan, masa inkubasi penyakit ini berkisar 11 hingga 12 hari. Pada tahap awal (fase prodromal), 24 jam sebelum timbul gejala kelainan pada kulit, penderita mengalami panas, lemah, malas, tidak memiliki nafsu makan, dan kadang kala disertai kemerahan pada kulit seperti biang keringat.

Pada tahap selanjutnya (fase erups), timbul bintik merah kecil yang berubah jadi gelembung ari (vesikel) dan berwarna dasar kemerahan. Cairan vesikel setelah beberapa hari berubah jadi keruh. Dalam tiga hingga empat hari vesikel ini menyebar ke seluruh tubuh, mulai dari badan lalu ke muka, bahu, dan anggota gerak.

Sekitar 250-500 benjolan kemudian akan timbul dan menyebar di seluruh bagian, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh paling intim. Dalam waktu kurang dari seminggu, lesi atau gelembung tersebut akan mengering dan terasa gatal. Dalam waktu satu hingga tiga minggu, bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.

Gejala yang dialami orang dewasa umumnya lebih parah dibandingkan pada penderita yang masih kanak-kanak. Penderita yang sudah dewasa biasanya menderita demam lebih parah dan berlangsung lebih lama disertai sakit kepala serta luka yang lebih berat. Pasien dewasa juga biasanya kehilangan nafsu makan dan merasa linu pada badan.

Jika menyerang anak-anak, komplikasinya kebanyakan berupa infeksi varisel pada kulit. Sementara pada orang dewasa, terutama perokok, kemungkinan terjadi komplikasi berupa radang paru-paru (pneumonia) 10-25 kali lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak. Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa radang otak, radang sumsum tulang, kegagalan hati, hepatitis, serta kelainan pada otak dan hati.

Radang organ

Radang paru-paru biasanya disebabkan infeksi sekunder dan dapat disembuhkan sempurna. Radang organ setelah sembuh dapat meninggalkan gejala sisa, seperti kejang, retardasi mental, dan gangguan tingkah laku. Pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh normal, komplikasi-komplikasi itu jarang ditemukan.

Kendati merupakan penyakit yang sangat umum, penderita hendaknya jangan menyepelekan penyakit ini dan segera diperiksakan ke dokter untuk mencegah komplikasi. Namun, sebaiknya orangtua penderita cacar air menolak kalau diberikan pengobatan simtomatis, seperti aspirin dan jenis salisilat, karena hanya efektif untuk jangka pendek dan dikhawatirkan menimbulkan komplikasi sindrom Reye.

Untuk mencegah penularan, penderita sebaiknya diisolasi dari anak atau orang sehat yang belum pernah menderita cacar air hingga benjolan berisi cairan mengering dan mengelupas. Saat terjadi proses pengeringan inilah cacar air mudah menular pada orang lain. Pakaian, handuk, piring, dan peralatan lain milik penderita juga dipisahkan dari milik anggota keluarga lain dan dibersihkan tersendiri.

Agar gelembung tidak pecah, biasanya diberikan bedak antigatal pada kulit yang terkena. Bedak ini juga mengurangi rasa gatal dan mempercepat proses pengeringan luka. Jari kuku hendaknya dipotong pendek untuk mencegah infeksi bakteri pada kulit yang gatal. Namun, bila terdapat infeksi bakteri, dokter akan memberi antibiotik. Penderita dianjurkan mandi, mengganti baju, dan seprai tiap hari.

Kesembuhan akan cepat dicapai bila keadaan umum penderita dijaga agar tetap baik. Karena itu, kualitas dan kuantitas makanan bagi penderita perlu dijaga. Jika daya tahan terus meningkat, proses penyembuhan akan berjalan cepat.

Bagaimana dengan ibu hamil dan bayi ?

Seorang ibu hamil yang belum pernah terkena penyakit cacar air, dan dia tidak menderita penyakit gangguan imunitas lainnya; bila ia terjangkit penyakit cacar air, virus di tubuh ibunya dapat menulari bayi dalam kandungannya melalui placenta. Penting untuk diingat : bila infeksi terjadi dalam 28 minggu pertama kehamilannya dapat terjadi sebuah kelainan bernama congenital varicella syndrome atau fetal varicella syndrome (sindroma cacar air pada bayi dalam perut ibu). Efek dari penyakit ini bagi sang bayi bermacam-macam tingkat bahayanya, yaitu :

* Kerusakan otak : ensefalitis (radang otak), mikrosefal (perkembangan otak terhambat, sehingga otaknya menjadi kecil), hidrosefal (gangguan sirkulasi cairan otak, sehingga otaknya menjadi besar), aplasia otak, dan lain-lain.
* Kerusakan mata : mikro-oftalmik (ukurannya kecil), katarak, korioretinitis, gangguan saraf mata, dan lain-lain.
* Gangguan saraf : kerusakan saraf spinal (tulang belakang), gangguan saraf motorik (penggerak) dan sensorik (perasa), hilangnya reflex, sindroma Horner, dan lain-lain.
* Kerusakan tubuh : kegagalan pembentukan tungkai tubuh (jari, tangan, kaki), gangguan anus dan otot kandung kencing, dan lain-lain.
* Gangguan kulit : timbul jaringan parut (seperti luka dalam), gangguan warna kulit, dan lain-lain.

Infeksi bayi pada usia tua kehamilan atau sesaat setelah lahir disebut sebagai varicella neonatus. Pada usia kehamilan yang lanjut infeksi cacar air beresiko menimbulkan kelahiran prematur.

Tips untuk mencegah cacar air, antara lain:

* Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan.
Pakaian dan lingkungan kotor merupakan sumber dari penyakit. Badan yang kotor akan mudah terinfeksi oleh kuman penyakit.
* Mengkonsumsi makanan bergizi
Makanan bergizi membuat tubuh sehat dan berstamina kuat sehingga dapat menangkal serangan infeksi kuman penyakit
* Menghindari sumber penularan penyakit cacar air
* Imunisasi vaksin cacar air

Perawatan terhadap penderita cacar air:

* Mengganti baju penderita setiap hari
* Menaburkan bedak antigatal pada bagian tubuh yang terkena cacar air untuk mengurangi rasa gatal dan agar ruam menjadi lebih cepat kering.
* Memisahkan penderita dengan orang yang sehat agar cacar air tidak menular pada yang lain.
* Mandi dengan menggunakan air hangat yang telah dicampur dengan obat antigatal setiap hari.
* Memotong kuku agar tidak menggaruk ruam-ruam pada kulit, sehingga tidak timbul infeksi baru.
* Memberikan kondisi nyaman pada penderita agar dapat beristirahat dengan nyaman dan mempercepat proses kesembuhan

Kombinasi beberapa tanaman berkhasiat obat dapat diramu menjadi obat tradisional yang dapat mengatasi cacar air. Berikut ini adalah ramuan obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengatasi cacar air:

Pemakaian dalam :
Resep 1 :
30 gram temu lawak + 25 gram kencur + 15 gram asam jawa + 15 gram jahe, dicuci dan dipotong-potong, lalu direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2-3 kali sehari.

Resep 2 :
2 buah mengkudu matang dicuci dan dijus, atau diparut dan diambil airnya, lalu diminum. Lakukan 2-3 kali sehari.

Pemakaian luar :
Resep 1 :
Kunyit + daging buah asam (asam kawak) masing-masing secukupnya ditumbuk halus, tambahkan minyak kelapa secukupnya, dipanaskan sebentar, setelah dingin dioleskan pada bagian kulit yang terkena cacar air.

Resep 2 :
Daun asam dan kunyit masing-masing secukupnya dicuci dan dihaluskan, lalu dipakai untuk mengoles kulit yang gatal karena cacar air.

Catatan : untuk perebusan gunakan periuk tanah atau panci enamel atau panci kaca.




Sumber :
http://www.dechacare.com/Jangan-Sepelekan-Cacar-Air-I124.html
http://www.drarief.com/cacar-air-bahaya-nggak/
http://cybermed.cbn.net.id

Jason Mraz Lyrics - If It Kills Me

Jason Mraz Lyrics - If It Kills Me

Inauguration Memory 17012011

SIANG ITU BERSAMA RATU SERIOSA VANBERG

Adzan dzuhur berkumandang. Tiba – tiba teman saya tampak seperti mendapat gangguan jin atau apalah semacamnya. Saya bantu dia dengan membaca Alquran. Lama – kelamaan saya jadi sulit sekali membaca Al Quran. Selain tulisannya jadi kecil – kecil, hafalan saya tiba – tiba hilang. Badan saya sekonyong – konyong menjadi sakit.kepala saya pusing. Saya tidak kuat lagi untuk meneruskan bacaan. Perut saya mual. Saya paksa konsentrasi saya pada Al Quran yang memang tulisannya kecil – kecil itu.
Kondisi tubuh saya yang lemah karena lelah dan kurang istirahat membuat pertahanan tubuh saya runtuh. Ketika menghadiri seminar usul penelitian mahasiswa magister kemarin, tubuh saya tiba – tiba sakit. Sakitnya berpindah – pindah. Ketika saya meminta bantuan teman saya untuk membacakan ayat - ayat Al quran, seketika itu pula tubuh saya bertambah lemah. Saya kesakitan luar biasa.

Lantaran kondisi saya belum begitu pulih, saya harus berhadapan dengan teman saya yang mendapatkan gangguan jin lagi. Saya hanya meyakinkan bahwa saya bisa. Meski kondisi saya sendiri belum cukup kuat. Teman saya mengaduh – aduh. Saya juga kesakitan.

“Nama saya Seriosa Vanberg,” ujarnya terbata – bata. Diucapkannya nama itu berkali – kali sambil sesekali mengaduh kesakitan selama saya membaca Al Quran dan Al ma’tsurat mengalun dari mp3 player ponsel. Nama itu mengingatkan saya dengan novel Bumi Cinta yang sarat akan nama- nama semacam itu.

“Nama saya seriosaVanberg. Ibu saya dari Italia dan ayah saya dari Jerman. Saya adalah ratu dikerajaan itu.segera bawa dia (teman saya,red) pergi dari rumah itu,”

“apa hak kamu ingin dia pergi dari rumah itu? Itu kan rumahnya!!” hardikku.

“Rumah itu kerajaan kami. Kami datang kesini tahun 1514 dan membangun kerajaan disana (pekarangan rumah teman saya, red).

Tiba – tiba teman saya itu tampak seperti ketakutan. Sangat ketakutan. Tapi lucu. Ternyata dia takut dengan keong kecil yang mempunyai panjang tubuh tidah lebih dari 1 cm. Sulit saya membedakan antara perkataan teman saya atau “si ratu” itu. Namun teman saya pastinya tidak sekonyol itu. Bertingkah seperti anak kecil yang ketakutan akan sesuatu yang berbahaya, padahal itu hanyalah seekor keong kecil. Saya ambil keong tersebut dan saya dekatkan ke tangan teman saya. Dia mengelak. Berkali – kali dia mengeluarkan kat – kata aneh yang saya tidak mengerti. Saya ingin tertawa. Saya mencoba fokus terhadap bacaan – bacaan saya.

Mrs. Vanberg selalu mencoba mengalihkan perhatian saya. Dia menunjuk – nunjuk seseorang yang sedang menuju parkiran mobil dia menertawai orang tersebut.
“Kasihan orang itu,” ucapnya lirih sambil kemudian terkekeh – kekeh.
Tiba – tiba dia mengaduh.

“Hentikan bacaan – bacaan itu!! Kamu menyakiti saya,”

“Kalau kamu mau keluar dari tubuh teman saya ini, dan bertobat kepada Allah, saya akan menghentikan bacaan saya. Tapi kalau kamu masih bandel juga, saya akan terus menyiksa kamu!!” saya mulai marah.

“Nggak mau!! Bawa dia pergi dari rumah. Atau saya akan terus menyiksa dia. Saya akan hancurkan masa depan dia!!!”

“Bagaimana bisa kamu menghancurkan masa depan dia?!”

“Iya, saya akan buat dia merasa depresi, lama – lama dia akan gila!!!” katanya sambil terkekeh – kekeh.

“Kehidupan kita berbeda. Tolong jangan ganggu teman saya. Bertobatlah kepada Allah,” saya melemah.

“Siapa itu Allah,”dia bertanya seperti anak kecil yang polos dan tidak tahu apa - apa.

“Allah itu yang berkuasa atas kita. Allah yang menciptakan kita,”

“Bukannya yesus?” dia nampak penasaran.

“Yesus itu siapa? Isa bukan?”

“Iya,”

“Isa adalah nabi Allah. Isa juga ciptaan Allah. Isa juga sama seperti manusia pada umumnya,”

“ooohhh...” dia terdiam beberapa saat.

“Tapi dia (teman saya, red) sudah membuat kami tidak makan. Saya kesal sama dia. Kerja sama dia ini susah. Capek.,”

“Kenapa kalian bisa tidak makan? Memangnya kalian makan apa?”

“Kami makan apa yang dimakan oleh dia. Tapi setiap dia mau makan, dia selalu baca – baca apa itu, jadi kami kelaparan. Jadinya kami buat dia memuntahkan semua makanannya supaya dia juga tidak makan. Sama seperti kami. Supaya tubuhnya lemah,”

“Kalian jahat!!!” Aku berkata seperti anak kecil yangmengatai – ngatai orang yang nakal terhadap dia.

“Kalian lebih jahat. Kalian sudah membunuh ribuan tentara kami. Sekarang tubuh saya luka – luka akibat perbuatan kalian,”

“Biar saja kamu luka – luka. Saya akan menyiksa kamu sampai kamu mati, sama seperti tentara – tentara kamu !!!”

“Aku tidak akan mati. Aku kuat!!!”

“Kamu pasti akan mati!!! Lihat, sekarang saja kamu sudah luka – luka dan lemah,” aku menemukan keberanian.

“Kamu jangan sakiti kami atau tentara- tentara kami akan mengganggumu!!!” Ancamnya.

“Saya juga bersama tentara – tentara Allah yang kuat. Yang akan dengan sangat mudahnya membunuh dan memusnahkan kalian. Tentara – tentara Allah akan mengirimkan kalian ke neraka!!!” seperti di film – film saja.

“Jangan. Jangan. Bawa saja temanmu ini pergi dari rumahnya. Kerajaan kami tidak tenang dengan adanya dia,”

“Kenapa bisa begitu?”

“Dia selalu baca – bacaan itu (Al Quran dan doa – doa, red). Membuat kami sakit dan tentara – tentara saya mati. Dia selalu shalat,”

“karena memang itu sudah menjadi kewajiban hamba Allah. Manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Allah. Dia hanya menjalankan kewajibannya.”

Tiba – tiba dia terkekeh sembari menunjuk kepada seseorang diparkiran lagi. Rupanya
orag tersebut adalah temannya. Orang tersebut tidak shalat. Dia sangat senang sekali tampaknya.

Aku mendesah. Tak habis pikir. Kami masih terus bertanya jawab. Sampai- sampai ada beberapa hal yang membuat saya ngeri. Tapi saya selalu mencoba mengumpulkan keberanian untuk terus mendesak dia. Sampai – sampai ketika saya dan teman saya akan shalat dzuhur, kaki teman saya tidak bisa digerakkan. Saya mencoba untuk memapahnya. Tapi tetap saja tidak bisa.

“Biarin. Biar nggak bisa shalat.”

Berkali – kali dia tertawa dan mengucapkan kata – kata itu tapi saya tidak peduli. Saya terus menyeret teman saya menuju ketoilet. Saya bimbing teman saya membaca doa memasuki toilet. Dia tampak kesakitan. Kondisi teman saya melemah. Saya bimbing teman saya untuk berwudhu. Setelah itu kami menuju mushola. Teman saya tampak ketakutan. Dia bertingkah seperti anak kecil yang benar – benar ketakutan. Saya makin senang. Saya paksa teman saya untuk melangkah ke mushola.

Usai mengimami sholat, tiba – tiba badan saya lemas. Sampai saya tidak sadarkan diri entah berapa lama, namun sepertinya hanya sebentar. Badan saya sakit semua. Bibir saya kelu untuk memunajatkan doa – doa. Entahlah, saya paksakan untuk tidak terbuai dengan hasutan syeitan. Saya terus berdoa dan itu membuat saya makin sakit. Saya tengok teman saya yang tampak (benar – benar) teman saya, bukan Serosa Vanberg. Dia tampak menghawatirkan saya. Tapi saya meyakinkan dia bahwa saya baik – baik saja.

Love in Perth


LOVE IN PERTH

Jenis Film:
- Drama/Romance

Pemain:
- Derby Romero, Gita Gutawa, Petra Sihombing, Michella Putri, Oliver Sille, Joshua Otay, Michelle Denis Coates

Sutradara:
- Findo Purwono Hw

Penulis:
- Titien Wattimena

Produser:
- Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi

Produksi:
- Md Pictures

Release:
- 30 Desember 2010


Dalam film ini Gita Gutawa berperan sebagai Lola, gadis berusia 15 tahun, anak Jakarta yang pintar yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Perth, Australia. Dengan karakternya yang tidak mudah menyerah, selalu ceria, easy going, dan peduli sekitarnya. Tantangan bagi Lola yang baru saja tiba di Perth di mulai dari teman sekamarnya yang selalu bertentangan dengan Lola yang bernama Tiwi. Sampai – sampai Lola harus pindah flat agar tidak terganggu dengan Tiwi yang hobi berpesta.

Derby Romero yang berperan sebagai Dani yang lebih dulu tinggal di Perth seorang cowok senior (kakak kelas Lola), tajir, dan keren. Pertemuan mereka berdua yang satu sekolah itu tidak pernah terhindarkan dari pertengkaran. Dengan kelakuan tengilnya dan padaakhirnya menyadari bahwa ia mencintai Lola. Tentunya cerita cinta mereka tidak akan mulus begitu saja. Karena masih ada Ari, karakter yang diperankan oleh Petra Sihombing, pelajar lugu dan sedikit anak mami yang juga menaruh hati pada Lola. Nah, konflik dalam hubungan antara tiga pelajar tersebut tentunya menjadi cerita unik tersendiri. Ari yang selalu SIAGA setiap Lola membutuhkan pertolongan dan tempat untuk berbagi, harus merelakan Lola untuk Dani.

Tapi ketika kemudian hubungan Dani dan Lola menjadi dekat dan Lola benar-benar jatuh cinta, Dani justru mengecewakan Lola dengan keegoisannya. Saat hubungan mereka merenggang itulah, Dani menyadari betapa dia kehilangan Lola dan dia sudah jatuh cinta dengan Lola.

Love in Perth yang merupakan film garapan Findo Purnowo ini menyajikan suatu tontonan drama romantis ala remaja masa kini. Namun yang menjadi berbeda adalah ketika Findo menyatukan 3 penyanyi dalam satu film. Dalam film produksi MD Pictures inilah ketiga penyanyi tersebut saling unjuk gigi bahwa mereka bisa berakting dengan baik.

Pemilihan pemain untuk mengisi tiap karakter terasa sangat proporsional. Gita Gutawa dengan karakternya sebagai cewek manis, pintar, taat ibadah, moody, dan mempunyai idealis yang tinggi. Derby Romero yang menunjukkan sikapnya sebagi cowok yang sombong, egois, dan angkuh. Lalu Petra Sihombing sebagai cowok yang bijaksana, masing-masing berhasil menggambarkan karakter tersebut dengan baik.

Hal lain yang menarik di film ini adalah lokasi syutingnya. Findo tidak lupa untuk membalut filmnya dengan keindahan kota Perth. Rasanya ia tidak salah memilih kota Perth untuk lokasi syuting film yang ditulis oleh Titin Watimena ini. Mata saya dimanjakan dengan berbagai pemandangan kota Perth dengan keindahan pantai dan tamannya. Bangunan – bangunan yang unik yang makin menambah passion untuk bisa pergi kesana. tapi tetep aja kurang banget ke-Perth-annya. agak kecewa sich karena filmnya terlalu pendek (90 menit), Perth-nya kurang diekspos dan alurnya klasik banget.

Yang patut di acungi jempol lagi, Findo berhasil mengemas film kisah cinta Love in Perth ini untuk bisa dinikmati oleh remaja dengan pesan moral positif. Dengan pesan moral yang tepat sasaran untuk anak remaja sekarang, dan tanpa adegan yang terlalu vulgar sepertihalnya film remaja kebanyakan. Jadi cukup tepat jika film ini dijadikan sebagai film yang mengawali tahun baru.

Meskipun konflik yang dihadirkan dalam film ini datar saja, tapi sepertinnya nggaksalah kalo nungguin film ini dirilis. biasa aja sich, seorang cewek yang punya sahabat cowok yang care banget amadia, eh malah dia suka sama cowoklain yang selalu meyakiti hatinya. Emang musti gitu sich, yang namanya sahabat ya sampe kapanpun harus tetep jadi sahabat.
Lola kepada Ari:
“Gue nggak mau perasaan paling norak sedunia itumerusak persahabatan kita!!!”
(Two thumbs up ^_^v!!!)

Menggugat keberadaan pemuda

"Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia”, kalimat yang diucapkan oleh Bung Karno ini adalah kesadaran dari sang proklamator bagaimana ia memberikan apresiasi akan peran dan dahsyatnya potensi pemuda. Pemuda merupakan sendi kekuatan yang telah menjadi motor penggerak dan agen peubah dalam membentuk wajah sebuah negara.

Sejarah bangsa memberikan fakta bahwa bangsa indonesia bukanlah bangsa yang besar hanya karena sumber daya alamnya yang melimpah ataupun posisi geografisnya yang menguntungkan semata, namun meliputi jiwa kepemimpinan pemuda indonesia. Lalu mengapa seakan-akan kebesaran bangsa indonesia semakin tenggelam, terkubur ditengah-tengah gemerlapnya era globalisasi. Nampaknya memang terdapat kesalahan dalam proses
regenerasi bangsa yang telah membuat pemuda menjadi kehilangan peran dan kekuatannya dalam meneruskan pendahulu bangsa indonesia.

Bagaimana kondisi pemuda saat ini? Sejauh mana keterlibatan pemuda secara langsung dalam pembangunan ekonomi di Lampung khususnya? Mengapa justru demo atau sikap apatis yang mewarnai kiprah pemuda. Hal ini dimungkinkan karena terjadi kurangnya transfer informasi atau kurang transparansinya atau bahkan tidak sampainya opsi yang diambil pemerintah, terutama tentang program pembangunan. Demo ada yang memang bergerak murni untuk rakyat.

Beberapa orang menyatakan bahwa kekerasan di kalangan pemuda dikarenakan kurangnya pelajaran budi pekerti, namun yang lainnya tidak sepakat, karena yang telah mendapat pelajaran budi pekerti pun tidak kalah bobroknya. Selain persoalan kekerasan, juga pengangguran yang sangat besar di kalangan pemuda merupakan hal lain yang perlu diperhatikan. Kebebasan dari ketidak-adilan perlakuan hukum, keserakahan (korupsi), konflik sosial, kebodohan, kesehatan, dan kemiskinan ternyata belum sepenuhnya. Dari sisi kemiskinan antara lain terlihat dari angka pengangguran khususnya di kalangan pemuda.

Miris sekali demi melihat fenomena yang sering saya jumpai dijalanan. Beragam tingkah laku negatif manusia. Mulai dari tidak adanya kesadaran kecintaan terhadap lingkungan, penghargaan terhadap orang lain, sampai perilaku amoral yang sering terjadi.

Contoh lain adalah pengamen yang sering saya temui di bus ketika pulang dari kampus. Apa mereka tidak malu menjual suara merdu mereka untuk beberapa batang rokok, atau tas pinggang, sepatu, pakaian yang semuanya merupakan merk terkenal? Dikemanakan harga diri mereka? Badan mereka nampak kokoh. Apakah mereka tidak malu menengadah sedangkan diperempatan jalan anak – anak kecil dengan pakaian kumal, tanpa alas kaki dan wajah penuh harap berjualan koran sebelum berangkat kesekolah. Atau nenek – nenek yang seharusnya duduk santai dan beristirahat dirumah tapi malah berjualan kacang rebus yang tidak laku – laku?

Juga para pemuda yang tiap pagi kerjanya hanya nongkrong – nongkrong ditemani sebotol minuman dan sebatang rokok. Anak – anak bolos sekolah yang nampak sangat tidak ingin duduk dibangku sekolah, menerima pelajaran untuk persiapan hari depan mereka. Kalaupun berada disekolah, mereka hanya membuat kasus, tidak mengerjakan PR, atau mencari – cari alasan untuk tidak ikut jam pelajaran atau les tambahan.
Pemuda juga juga sering dijadikan sebagai sasaran justifikasi. Pemuda sering dikhawatirkan bakal jadi beban pembangunan. Tingginya angka kejahatan dan penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh pemuda menjadi parameternya. Pemuda sebagai sumber keresahan, pemberontak, dan sebagainya. Pada salah satu sisi, akan terjadi depresi bahkan merasa seperti warga tak berguna. Tidak jarang lalu nekad melakukan tindakan kriminalitas. Disisi lain, pengangguran merupakan pemborosan sumberdaya khususnya sumberdaya, beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dan hambatan pembangunan jangka panjang.

Perlu disadari bersama bahwa masa muda merupakan ruang optimalisasi diri, bagaimana pemuda mengoptimalkan potensi dirinya tanpa dikte dari sebagian besar golongan tua yang seakan-akan menganggap dirinya lebih tau, lebih bisa dan lebih memahami segala hal. Tanpa disadari perbuatan ini hanya akan mengekang kemampuan yang dimiliki hingga akhirnya pemuda hanya menjadi penerus sistem yang ada tanpa dapat memperbaiki ketidaksesuaian sistem lama dengan era yang ada sekarang. Diberikannya kesempatan dan bimbingan kepada pemuda untuk mengoptimalkan kemampuan dirinya akan mengoptimumkan peran pemuda bagi bangsa ini.

Selain itu, pemuda mempunyai ruang kepercayaan diri. Namun yang terjadi saat ini adalah cenderung tidak didengarnya dan tidak dipercayanya pemuda. Hal ini telah membunuh kepercayaan diri pemuda dalam berinovasi. Padahal inovasi merupakan sesuatu yang menjadi tuntutan era globalisasi ini. Kemampuan yang dimiliki pemuda bukan sekedar lahan eksploitasi kepentingan hingga akhirnya hanya menciptakan generasi muda yang menjadi objek “tradisi” usang dan pada tingkatan tertentu meruntuhkan kepercayaan diri pemuda karena batasan dalam berinovasi tersebut. Kemampuan inovatif pemuda harus didengarkan dan diberi kepercayaan sehingga dapat melahirkan kepercayaan diri dalam berinovasi beriringan dengan tanggung jawab diri.

Pemuda mempunya potensi sebagai leader dalam mengemudikan suatu komunitas dengan jiwa good leadership yang mampu melawan arus globalisasi, bukan pemuda yang terus menerus berada dalam sekat-sekat tradisi lama yang diwariskan dengan dikte dan paksaan. Saya pikir, persoalan ini berakar pada dua hal. Pertama, adanya oknum – oknum tertentu yang menyetting pemikiran para pemuda sehingga tunduk pada suatu hal tanpa pengkajian mendalam mengenai apa – apa yang ditransfer kepada mereka. Kedua, adanya kemauan dalam diri para pemuda itu sendiri untuk disetting. Hal ini dikarenakan adanya “kiblat tertentu” pada pengaturan dalam kehidupan para pemuda. Dalam organisasi kepemudaan atau kemahasiswaan misalnya. Masih sering saya jumpai adanya KKN mulai dari perekrutan anggota, pengambilan keputusan bersama, pelaksanaan program kerja, sampai laporan pertanggungjawaban. Teknis yang dibuat sedemikian rupa sehingga sama persis dengan apa yang diturunkan oleh pendahulu mereka diorganisasi tersebut. Ini membuktikan bahwa mereka adalah orang – orang yang kurang berpikir kritis, realistis, dan kreatif. Kampus adalah sarana pembelajaran. Bagaimana Negara tidak mau hancur jika calon pemimpinnya didik hanya sebagai “operator pasif” semata, bukan “teknisi”.

Memang begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh para pemuda dewasa ini. Tantangan-tantangan itu semakin hari semakin berat jika tidak diantisipasi sejak awal. Terutama sekali karena dalam era sekarang telah memungkinkan (bahkan memaksa) setiap orang untuk saling bertarung, memperebutkan dan diperebutkan. Dalam hal pemberian jabatan tertentu misalnya. Orang yang telah mendapatkan posisi strategis pada suatu jabatan cenderung melupakan janji – janji manis yang pada awalnya mereka lontarkan. Ketika seseorang telah memperoleh apa yang ia inginkan (baca : jabatan) sering mengesampingkan kepentingan umum dan tidak adanya program kerja yang kreatif yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mungkin mereka lupa bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dihari akhir kelak.

Dari paparan umum dan sederhana di atas tampak bahwa tuntutan yang kita hadapi bukanlah semata-mata bagaimana menumbuhkan sumber daya manusia yang terampil belaka. Keterampilan dan penguasaan teknologi merupakan tuntutan kemajuan zaman adalah salah satu kebutuhan agar dapat bersaing dalam mencapai prestasi. Yang juga kita butuhkan adalah suatu budaya yang memungkinkan tumbuhnya manusia yang kritis, berpikir merdeka (meminjam jargon salah satu mass media / Pers Mahasiswa), sadar hukum, punya kepekaan yang tinggi terhadap persoalan di sekitarnya, dan berwawasan luas.
Tapi akan sangat keliru jika hanya pemuda saja yang dituntut untuk meningkatkan kualitas mentalnya. Pemuda juga berhak menuntut suatu kondisi yang kondusif bagi berkembangnya mentalitas yang baik. Pembinaan mental pemuda tanpa dibarengi pembenahan persoalan-persoalan struktural adalah suatu kesia-siaan. Pembinaan yang terbaik tak bisa dilakukan hanya dengan justifikasi, cercaan, himbauan, ceramah atau penyuluhan yang terkesan “mengajari” saja. Yang dibutuhkan untuk membina pemuda justru keteladanan orang-orang dewasa dan pelaksanaan hukum demi keadilan.
Penanaman kesadaran dalam pembangunan kepribadian bangsa dipadukan dalam sasaran pembangunan nasional dan daerah, baik melalui proses pendidikan maupun sistem pemerintahan secara umum. Perkembangan era globalisasi dan ilmu pengetahuan, merupakan kekuatan dalam mengembangkan kepribadian pemuda. Di tangan para pemudalah masa depan bangsa di tentukan. Karena itu Indonesia harus memastikan generasi mudanya mampu menjawab tantangan dan serta dapat membawa perubahan dan kemajuan dibanding generasi sebelumnya. Pemuda adalah agen penggerak sekaligus agen peubah(agent of change). Hal ini dikarenakan jiwa muda sanggup dan berpotensi dalam menanggung beban-beban amanah. Generasi muda juga memiliki andil yang besar untuk bangsa dan tanah air indonesia ini. Sekali lagi, pemuda adalah generasi-generasi yang ampuh dalam melakukan perubahan. Perubahan kearah yang lebih baik tentunya. Sejarah telah menjadi bukti. Kontribusi pemuda tidak diragukan lagi pada masa perjuangan kemerdekaan, revolusi, reformasi, dan dari masa ke masa. Wallahua'alam bishowab…

Saya membuat tulisan ini bukan dalam rangka peringatan hari sumpah pemuda, kebangkitan nasional, pendidikan nasional, atau apapun. Karena seyogyanya semangat yang terkandung dalam hari – hari besar tersebut hadir dalam diri tiap individu setiap saat. Saya menulis ini karena kondisi yang saya lihat semakin hari semakin membuat saya geleng – geleng kepala dan beristighfar. Tidak lain sebagai sarana mengingatkan dan memotivasi diri dan orang lain.
(Vita R.G.)
Geram, 24022010 11:20 PM
Organisasi Mahasiswa Harus Kritis, Inovatif, Dinamis, dan Mengedepankan Mainstream Ideologis

Rinda Gusvita
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian 2006`


Bagi orang – orang yang berakal, tidak perlu diragukan lagi bahwa tegaknya sebuah bangunan yang kokoh tanpa pondasi merupakan sesuatu hal yang mustahil. Itu berarti bahwa suatu negara yang kokoh harus dibangun dan dijalankan oleh pemuda yang berkualitas. Di dalam lingkup golongan pemuda, terdapat golongan elit dengan kualitas melebihi pemuda diantaranya. Ya, mahasiswa adalah golongan elit dengan intelektualitas yang tinggi, semangat, idealisme, mempunyai jaminan moral, ketidakbergantungan, dan pengorbanan.

Namun gelar mahasiswa saja tidak cukup menjadi modal dalam membangun negara ini. Negara yang kokoh dibangun atas dasar ahlak yang mantap, dan menjalankan amanah dengan penuh tanggungjawab. Negeri ini merindukan kebangkitan para pemuda yang menyimpan kekuatan laksana benteng yang kokoh di dalam jiwa dan raganya bukanlah sesuatu yang mustahil terjadi di masa seperti ini. Yang diperlukan adalah mahasiswa yang memiliki peran – peran perubahan yang berpotensi mengelola kesadaran diri dan intelektualitasnya dalam menyikapi perubahan lingkungannya menjadi sebuah gerakan. Mahasiswa merupakan bagian dari cendekiawan yang bergulat dengan ilmu pengetahuan dan berusaha menjawab masalah sosial kemasyarakatan. Mahasiswa memiliki kesadaran akan dinamika yang terjadi dalam masyarakat dan menempatkan diri sebagai avant grade perjuangan rakyat.

Secara organisasi, nilai lebih dari gerakan mahasiswa bahwa dalam organisasi mahasiswa ditempa agar dapat mengambil peran dalam perubahan sebagai agent of change. Melalui sebuah tujuan dan orientasi dalam sebuah organisasi, gerakan mahasiswa lalu mengerucut pada identitas mainstream ideologis yang dianut sebagai dasar perjuangannya. Organisasi mahasiswa sepatutnya dapat menjadi social control. Dengan kata lain, mahasiswa dalam beberapa hal dapat menjadi penyambung lidah rakyat untuk melakukan advokasi kebijakan maupun secara langsung memberdayakan masyarakat.

Parameter pencapaian organisasi mahasiswa diukur ketika organisasi tersebut mampu merealisasikan program – program gerakan yang jelas. Tanpa adanya program yang jelas secara taktis maupun strategis, maka gerakan mahasiswa terlihat tidak memiliki format. Pengukuran seberapa jauh gerakan mahasiswa tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Reasonable, Time-limited). Gerakan mahasiswa yang terkelola dalam suatu organisasi sekarang ini telah mengalami banyak pergeseran. Titik kritisnya ada pada peran mahasiswa, orientasi gerakan organisasi, metodologi, pengelolaan sumber daya, serta realisasi program yang kenyataan nya saat ini banyak mengalami penyelewengan, jauh dari esensinya sendiri. Pada titk inilah diharapkan penyimpangan yang terjadi dapat di format ulang agar gerakan mahasiswa kedepan memiliki jalur yang semestinya. Saat ini, organisasi mahasiswa cenderung menghasilkan kader yang hanya berkutat dalam lingkup organisasi mereka saja tanpa menunjukkan kepedulian mereka terhadap problematika dalam masyarakat. Segogyanya, mahasiswa selaku anggota masyarakat dapat melaksanakan peran mereka sebagai output dari penempaan dalam pengkaderan di organisasi. Tanpa adanya kematangan dalam mengorganisir pergerakan, maka tujuan baik dari perjuangan organisasi tersebut akan sia - sia. Mengutip pernyataan Ali bin Abi Thalib, bahwa kejahatan yang terorganisir dengan baik akan mampu mengalahkan kebaikan yang terorganisir. Maka jangan bermimpi untuk dapar meruntuhkan ketidakadilan dalam masyarakat melaui perjuangan yang tidak terorganisir.

Orientasi dan tujuan yang dianut oleh organisasi mahasiswa harus mampu menciptakan generasi pemimpin yang intelek dan berkualitas secara moral. Hal itu dicapai dengan adanya pembinaan potensi para kader dengan selalu mengasah mahasiswa agar bersikap kritis, inovatif, dan dinamis melalui pengadaan ruang publik yang bebas dan bertanggungjawab. Tentu saja hal itu harus dibarengi dengan kontrol dan partisipasi agenda organisasi tersebut terhadap roda pemerintahan dan kondisi sosial dimasyarakat. Sehingga yang terbentuk dalam diri setiap kader dalam organisasi tersebut adalah kader – kader yang tidak apatis, hedonis, dan materialis melainkan kader – kader dengan kepekaan sosial yang tinggi.

Untuk dapat mewujudkan organisasi yang menjadi dambaan setiap mahasiswa, maka sangat perlu sebuah metodologi gerakan yang efektif dan efisien. Metodologi tersebut yang menjadi acuan dalam melakukan tindakan di sebuah organisasi. Organisasi mahasiswa haruslah menjadi gerakan yang dapat mewujudkan perubahan sosial dan nasional. Untuk itu diperlukan pembangunan relasi dan komunikasi sosial dalam dunia organisasi mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang terorganisir dengan baik mampu mengoptimalkan fungsi dan peran para kadernya dalam tiap tindakan atau aksi demi memaksimalkan partisipasi tiap kader.

Organisasi yang baik dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap para kadernya, terutama dalam hal yang berkaitan pada pengembangan diri. Masalah yang kadang muncul dalam organisasi adalah pemimpin yang otoriter. Ideal nya pemimpin itu dapat melayani segala kebutuhan anggotanya. Organisasi yang efektif berarti organisasi yang mampu memberdayakan seluruh organ di dalamnya sebagai sebuah sistem untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen organisasi yang baik dimulai dari tahap perencanaan SDM yang diikuti dengan proses rekruitmen dan seleksi. Dalam melakukan penjaringan SDM yang mumpuni, perlu dilakukan identifikasi dan seleksi anggota yang berkompeten. Potensi yang sudah tersaring kemudian diberikan pemahaman mengenai orientasi organisasi dan pelatihan untuk menyamakan suhu diantara para kader. Untuk mengoptimalkan dan menjamin kinerja kader, perlu dilakukan upgrading anggota dengan skill dan pengetahuan. Sementara itu, dalam perjalanannya, dilakukan penilaian performa, pengembangan karir dan kompetensi jangka panjang.

Dengan pengelolaan pergerakan yang baik, setidaknya sebuah organisasi akan memunculkan figur pemimpin yang baik pula. Setidaknya pemimpin organisasi tersebut haruslah sosok yang “berpengaruh” dan mempunyai “nilai jual”. Dengan kemampuan tersebut akan menarik minat para mahasiswa untuk bergabung dalam perjuangan yang digerakkan oleh pemimpin tersebut. Dengan kapabilitas yang memang sudah dimiliki oleh kepala yang merupakan pusat dari seluruh pergerakkan anggota tubuh, bukan mustahil bahwa kesuksesan adalah suatu keniscayaan. Dengan berbekal kapabilitas diri, yang diikuti dengan pengalaman perjalanan keorganisasiannya, seorang pemimpin akan mampu menarik dan menggerakkan kader – kader untuk bersama – sama mewujudkan tujuan organisasi dengan mengoptimalkan potensi dan peluang yang ada.

Seorang yang memiliki akal sehat tidak akan mau dipimpin oleh seorang pemimpin yang membawa mereka pada kehancuran dan kegagalan, kecuali seseorang yang tertipu dan orang-orang pragmatis, atau orang-orang yang tidak mampu melakukan apa-apa. Dengan demikian, seorang pemimpin lebih cocok kalau disebut sebagai pembimbing, dan bukanlah pemimpin. Kepemimpinan bukanlah suatu rampasan perang yang dinikmati oleh seorang pemipin dengan berbagai ungkapan pujian, tetapi itu adalah amanah dan tanggung jawab. Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Hal itu akan menjadi kontrol dalam pergerakan organisasi agar selalu berada pada lini kritis dan ideologis khas mahasiswa.

Wahai para mahasiswa, inilah saatnya untuk kita berevolusi menjadi pemuda yang mempunyai intelektualitas dan intelejensi yang tinggi dengan kualitas moral yang baik. Potensi intelejensi tidak akan didapat dalam matakuliah dari dosen, justru sifat apatisme terhadap lembaga kemahasiswaan dan polemik sosial akan mematikan perkembangan potensi intelejensi kita, akibatnya kita akan mudah dikendalikan oleh orang-orang yang mengambil kebijakan demi kepentingan pribadi atau golongan tanpa memperhatikan kemaslahatan rakyatnya. Organisasi memang bukan segalanya, tetapi segala sesuatu dapat di mulai dari berorganisasi

(serpihan dari lomba opini beberapa tahun silam...hehe^^)

Jarak Pagar

Perkembangan penelitian di bidang bioenergi, bukanlah barang baru di dunia ini. Setelah sempat booming di Indonesia dengan ditandainya program besar – besaran penanaman jarak pagar, kini nampakknya muncul lagi issue ini. Proyek yang bisa dibilang mati suri (jika tidak ingin dikatakan gagal) telah menyita (lagi) perhatian para petani untuk kembali bertanam jarak pagar.

Riset di bidang biodiesel terus berkembang dengan memanfaatkan beragam lemak nabati dan hewani untuk mendapatkan bahan bakar hayati dan dapat diperbaharui (renewable). Biodiesel merupakan bahan bakar yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah, memiliki cetane number yang lebih tinggi, pembakaran lebih sempurna, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable) sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic), asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau banyak disebut dengan zero carbondioxide emission.
Tak hanya krisis energi. Beragam isu lingkungan, seperti kerusakan lapisan ozon, efek rumah kaca, hujan asam, global warming, dan sampah menjadi isu yang kian bersahabat di telinga kita untuk diperangi. Pemakaian bioenergi yang sangat ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil menjadi salah satu faktor pendorong yang kuat agar bioenergi diterapkan di dunia secara masif akhir - akhir ini.
Namun, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penyediaan atau pengembangan energi alternatif ini tidaklah mudah. Tantangan terbesar bersifat ideologis, terutama persaingan pangan versus energi (food vs fuel), kontroversi ramah lingkungan dari bioenergi sampai kepada dimensi kebijakan yang sering kali kurang bijak dalam upaya mempersatukan derap langkah segenap instansi pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam mencapai tujuan kebijakan yang telah digariskan.

Pangan vs energi

Tantangan semakin terasa sejak tahun 2007 ketika permintaan bioenergi didunia semakin besar. Hal ini melambungkan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) dunia dan membuat sengsara konsumen minyak goreng di dalam negeri. Sulit terbayangkan apabila harga-harga minyak nabati dunia terus melambung dan pasti memengaruhi struktur pasar dalam negeri di negara-negara berkembang. Debat publik tentang dampak biofuel terhadap nasib penyediaan pangan dan perubahan iklim masih terus berkembang ramai. Masyarakat dunia sadar bahwa tidaSkeptisme para peneliti pangan dan pejuang lingkungan hidup untuk mengatasi pemanasan global adalah tantangan besar bagi mereka yang bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati.

Di sisi lain, sektor bioenergi menawarkan peluang kerja dan pertumbuhan ekonomi pedesaan. Karena 70 persen masyarakat miskin ada di pedesaan, secara umum dampaknya akan positif untuk akses pangan. Sebaliknya, masyarakat urban yang net-konsumen akan dirugikan. Oleh karena itu, kenaikan harga pertanian akibat produksi bioenergi akan berdampak pada aksesibilitas pangan bagi sebagian masyarakat, setidaknya dalam jangka pendek. Situasi seperti ini mestilah berujung pada penyesuaian upah pekerja urban. Ekspansi penggunaan komoditas pertanian untuk produksi biofuel, jika tidak dilakukan dengan arif, akan menurunkan pasokan pangan dan meningkatkan volatilitas harga pangan dan pakan, kenaikan harga secara kontinu, dan risiko lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mengganggu stabilitas ketahanan pangan, khususnya untuk konsumen dengan pendapatan rendah.

Beberapa waktu yang lalu, kita dikejutkan dengan masalah krisis pangan dunia yang terkait dengan perebutan lahan dengan penanaman tanaman bioenergi. Padahal menurut catatan pemerintah (Sambutan Menko Kesra, 2006) di Indonesia terdapat 25 juta hektar hutan gundul dan lahan kritis, sedangkan jumlah lahan yang rencananya digunakan untuk penanaman bioenergi hanya 6 juta hektar. Lantas apa yang salah? Kenaikan minyak goreng pada waktu yang lalu di Indonesia bisa jadi dipicu karena adanya “perebutan” stock, yang seharusnya untuk pangan menjadi untuk biodiesel. Jumlah lahan kelapa sawit seluas 0,1 juta hektar (2006), 0,4 juta hektar (2007), dan 0,6 juta hektar (2008) yang disiapkan pada ketiga tahun tersebut belum menghasilkan hasil CPO (Crude Palm Oil) yang berarti, sedangkan euphoria biodiesel tengah berlangsung. Bagian untuk pangan akhirnya menjadi ikut terambil. Begitupun dengan hasil panen tanaman kedelai dan jagung yang terjadi di AS.

Kasus food vs fuel akan selalu menjadi teror ketika jenis tanaman yang dikembangkan berjenis edible-oil (bisa dimakan) seperti kelapa sawit, tebu, atau singkong. Sehingga, untuk menghindari terjadinya kasus ini adalah dengan mempertimbangkan kembali jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Walaupun Indonesia berpotensi sebagai produsen kelapa sawit terbesar, namun bukan berarti harus jenis itu yang harus dikembangkan. Kelayakan jumlah lahan, kondisi hara tanah, dan kebutuhan konsumsi pangan masyarakat juga harus menjadi pertimbangan. Indonesia merupakan negara terkaya di dunia akan plasma nutfah di daratan dan lautan. Potensi keanekaragaman hayati tumbuhan Indonesia, memungkinkan untuk ditanami beragam tanaman non-pangan yang mampu tumbuh di lahan kritis/tandus atau rawa pantai, dan sekaligus mampu mengembalikan hara tanah. Tanaman seperti ini contohnya adalah Jarak Pagar (Jatropha curcas) yang dan Nyamplung (Callophyllum inophyllum). 1 Ha tanaman jarak pagar dapat menghasilkan 4-9 ton biji dengan rendemen minyak 20-30%, sehingga dapat diperoleh 0,8-2,7 ton minyak jarak kasar (Departemen Pertanian, 2006). Tanaman ini mulai berproduksi pada usia 6 bulan-9 bulan, dapat tumbuh di lahan tandus dan kritis, dapat menghijaukan lahan tandus, serta hama dan penyakit dapat terkendali (Prihandana, 2006). Bioenergi sebenarnya juga sangat efektif jika diaplikasikan pada limbah industri dan pertanian, seperti ampas tebu (baggase), molase, bungkil jarak, dan sebagainya untuk diproses menjadi bioetanol ataupun biogas. Selain menghasilkan energi, juga sekaligus dapat menyelamatkan lingkungan.

Bagaimana jika kelak lahan darat harus dikerahkan untuk produksi pangan? Bahan bakar hayati pun bisa diproduksi dari budidaya cepat alga mikro yang tumbuh di perairan tawar/asin. Proses ini tidak membutuhkan traktor, penyemaian benih dan panen, serta ‘waktu tanam’ hanya 1 minggu saja. Asupan CO2 untuk alga pun dapat diambil dari emisi bahan bakar fosil. Hanya saja teknologi pemrosesannya masih berharga mahal. Namun, Indonesia sebagai negara bergaris pantai terpanjang di dunia memiliki potensi besar pada pengembangan jenis ini.

Tantangan

Fakta ini memunculkan sebuah pertanyaan, apakah demam investasi asing di Indonesia pada sektor bioenergi merupakan konspirasi negara-negara lain untuk mengeruk harta negara yang “dianggap miskin”?

Beberapa langkah yang dilakukan berbagai instansi pemerintah (baca: proyek) pengembangan biofuel juga telah dilakukan sejak 2006 silam. Pencanangan dan peresmian juga dilakukan oleh pejabat, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Bahkan, beberapa provinsi dan kabupaten/kota telah secara eksplisit membuat instruksi untuk memperluas areal kelapa sawit dan jarak pagar. Sekonyong – konyong proyek ini tampak sebagai upaya justifikasi untuk mengonversi hutan produksi. Biarlah sejarah yang akan mencatatnya.

Tantangan sumber penyediaan biofuel dari tanaman lain di Indonesia juga tidak kalah beratnya. Produksi gula tahun 2006 baru tercatat 2,3 juta ton, yang tentu saja sangat jauh dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi tahunan yang telah mendekati 4 juta ton. Terlalu naif apabila produksi gula untuk keperluan pangan yang masih kurang tersebut justru akan dikonversi untuk keperluan energi. Demikian pula, produksi ubi kayu sebesar 20 juta ton masih cukup jauh untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.

Petani kita sendiri mempunyai kecenderungan “mudah tergoda”. Ketika orang ramai membicarakan bahwa bertanam sawit sangat menguntungkan, mereka berlomba – lomba membabat habis kebun kopi atau lada yang segogyanya adalah komoditas unggulan Lampung. Namun, ketika mereka dikecewakan dengan ketidaksesuaian harapan dan kenyataan, maka jenis tanaman mereka akan beralih lagi kepada tanaman yang dianggap akan menguntungkan. Kakao, misalnya, demi bertanam kakao para petani rela mengubah butan, bahkan gunung menjadi kebun kakao. Tentu saja hal ini akan mengganggu kelestarian alam. Lereng gunung sering dilanda banjir, bahkan longsor karena memang tanaman kakao tidak cukup kuat dalam menahan tanah dan menyerap air. Selain itu kualitas kakao yang kurang baik menyebabkan harganya tidak sesuai dengan harapan.

Keadaan ini lantas terbaca dan dimanfaatkan oleh pihak luar yang bermaksud menjadi investor asing. Ketika masyarakat telah merasa dikecewakan oleh kakao, sawit, dan sebagainya apalagi dijanjikan akan mendapatkan uang banyak yang tentu akan mengangkat status ekonomi para petani jika bertanam jarak pagar. Sayangnya proyek ini tidak serta merta dibarengi dengan upaya pelestarian lingkungan. Alih – alih menerapkan sistem sustainable agriculture (pertanian berkelanjutan), juru bicara empunya modal malah menyatakan ketidakpeduliannya terhadap isu kelestarian lingkungan. Itu urusan pemerintah, dalihnya. Tanpa ada rasa bersalah atau penyesalan sedikitpun, beliau dengan orasinya yang memukau orang – orang miskin (panggilannya terhadap para petani yang menjadi objek proyek investasi besar – besarannya) semakin menunjukkan ketidakwibawaannya lantaran tersirat bahwa investor itu hanyalah sosok yang rakus harta.

Pada kenyataannya, Sabah dan Serawak yang dulu masih berupa hutan yang rimbun, kini telah berubah menjadi ladang jarak pagar berhektar – hektar. Kemana fauna akan mengadu? Kekampung – kampung, lantas mengusik kehidupan warga masyarakat mungkin satu – satunya jalan yang mereka tempuh selain menyudahi kehidupan mereka. Pepohonan dibakar dengan alasan tanah hasil pembakaran adalah yang paling baik nutrisinya bagi pertumbuhan jarak pagar. Lalu bagaimana dengan asap pembakarannya? Tidakkah itu memperparah kerusakan lingkungan? Masyarakat pribumi yang masih polos diajak untuk mengumpulkan harta sebanyak – banyaknya. Mereka tidak diajari bagaimana menyeimbangkan antara perekonomian, isu lingkungan, kebutuhan pangan, yang semestinya sinergi seiring modernisasi yang mendera.

Terungkap sebuah fakta bahwa para investor mengajak para penambang timah di Indonesia telah didik untuk tidak sealu bergantung kepada komoditi timah yang suatu saat akan habis. Sebuah nilai positif yang diberikan kepada masyarakat. Tanah bekas tambang timah diubah menjadi ladang jarak pagar yang potensial dengan treatment pengembalian kesuburan tanah. Namun sayangnya didaerah – daerah lain mereka tidak mempedulikan berapa besar efek pemanasan global yang mereka hasilkan. Berapa kepala yang mereka didik sehingga terpatri dalam benak para petani untuk mendapatkan uang, uang, dan uang. Dan isu pelestarian lingkungan adalah urusan pemerintah semata. Masyarakat kita akan berubah menjadi kaum matrealis kapitalis. Na’udzubillah.
Jika benar bahwa kerusakan hutan diakibatkan lantaran adanya kerjasama antara pemerintah, pejabat, dan para pengusaha apakah kita hanya akan berdiam diri? Mematung. Menanti takdir buruk terjadi akibat tangan – tangan jahil yang tidak mensyukuri nikmat Illahi. Sampai kapan kita harus mengkambinghitamkan pihak ini pihak itu atas ketidakberesan yang terjadi didunia ini? Apakah tidak lebih baik bagi kita untuk bersama – sama, bahu membahu melakukan perbaikan demi kemaslahatan bersama. Bukan lantas ikut – ikutan menjadi perusak lingkungan (baca: trouble maker). Lalu apa bedanya kita dengan mereka?

Mungkin alasan dengan begitu kayanya Indonesia dengan keanekaragaman hayati, mengapa masih banyak masalah yang timbul? Mengapa justru investasi asing yang ‘ramah’ terhadap tanaman yang potensial, sedangkan APBN hanya memberikan porsi yang sangat sedikit? Sekadar latah dengan kecenderungan biofuel yang menjadi isu global, atau ini merupakan usaha sungguh-sungguh pemerintah untuk mengatasi masalah energi bangsa?
Penggunaan di bidang inilah yang menjadi fokus perhatian negara-negara industri guna menurunkan emisi karbondioksida global. Padahal 10 persen energi dipasok oleh bioenergi tradisional: kayu, arang, dan sebagainya di negara-negara berkembang. Oleh sebab itu kita harus mendorong pengembangan bioenergi berbasis pedesaan, utamanya luar Jawa guna memanfaatkan lahan-lahan tidur, dan sebisanya berbahan baku nonpangan seperti jarak pagar (jath- ropa). Bagi Indonesia, inilah peluang terbaik yang harus kita manfaatkan. Saatnya kita berdayakan para petani dan buruh tani melalui kebijakan yang pro-poor. Saatnya bangsa ini menjalankan reforma agraria agar petani kita tidak lagi gurem. Investasi pedesaan dengan pengembangan infrastruktur, teknologi yang resource based guna memanfaatkan keunggulan komparatif kita, kelembagaan, kredit, dan akses pasar bahan baku. Jika itu terjadi maka tidak akan ada kontroversi antara bioenergi dengan ketahanan pangan, dan kemiskinan tidak lagi bersama kita. Bioenergy becomes pro-poor!.

Apalagi ubi kayu dan jarak pagar memang bukan komoditas unggulan karena agronomisnya yang "rakus" hara tanah. Implikasinya adalah peluang pengembangan secara massal pasti sangat terbatas jika tidak disertai perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pertanahan yang memadai. Namun, pemerintah memang diberi mandat untuk melaksanakan amanat rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjamin keberlanjutan hidupnya. Kata kuncinya adalah kredibilitas dan wibawa lembaga publik untuk secara bijaksana mempertimbangkan untung-rugi dari praksis kebijakan yang diambilnya.

Menilik pada potensi negara Indonesia yang besar terutama untuk ketersediaan bahan baku, sudah sepantasnya negara Indonesia berani memproklamirkan diri sebagai negara lumbung bioenergi dunia. Berbagai tantangan kedepannya dalam pengembangan bioenergi ini, terutama pada aspek modal/investasi, perangkat hukum, pengembangan teknologi, permasalahan hambatan sosial, dan keterbatasan pasar dan penguna, hendaknya menjadi komitmen dan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk mencari solusinya. Diharapkan dalam beberapa dekade ke depan, Indonesia dapat menjadi macan dunia dalam bidang energi. Dalam mencapai harapan tersebut, harus disadari bahwa keberhasilan tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil kerja keras dari semua pihak/stakeholders.

Sehingga sangat disayangkan jika kita bersusah payah mencari sumber energi baru (bioenergi) yang bersifat mubah (boleh), sedangkan tanpa sadar yang menjadi milik umat sesungguhnya, sudah “dicuri” negara lain. Begitupun pengembangan dan produksi bioenergi harus dikembangkan secara sungguh-sungguh dan tetap berasaskan kemandirian. Demi berlepas diri dari ketergantungan terhadap asing. Program BBN seharusnya diarahkan pada pemenuhan kebutuhan domestik, bukan untuk ekspor. Pendanaan pun harus dalam kerangka nasional, terlebih pada titik-titik strategis. Kebebasan pada investasi asing tanpa memperhatikan kecukupan dan kemandirian nasional, sama saja membuka jalan lain bagi asing untuk mengeruk SDA kita lewat jalur lain. Produksi BBN tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi, Indonesia sesungguhnya mampu untuk itu. Namun, politik luar negeri yang lemah dan ketidaktegasan pemerintah seakan-akan menjadikan program BBN ini sebagai “demam global” saja. Teknologi negara lain dianggap lebih mampu dalam menyelesaikan permasalahan negeri ini. Padahal, realita dan masalah yang terjadi di negeri ini mungkin tidaklah sama seperti yang terjadi di negara lain. Jika hal ini terus dibiarkan, bioenergi ini bukan menjadi solusi alternatif, tetapi akan menghasilkan masalah yang tak berujung. Seperti halnya mengaduk-aduk dalam lumpur. Padahal Indonesia dan negara muslim lain, terutama yang memiliki iklim tropis, memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah (baik secara jumlah maupun varietas). Sehingga berlepas diri dari ketergantungan asing bukan menjadi suatu hal yang mustahil.


Di sinilah peran mahasiswa yang peduli akan nasib bangsanya, masyarakat yang enggan dibodohi, para pengamat yang tak sekedar “mengamati’ namun juga melakukan tindakan nyata, serta partai politik yang tak sekedar berebut kursi di gedung dewan untuk terus menerus memonitor realita yang terjadi di hadapannya. Melihatnya dengan cermat dan mendalam. Semua pihak saling bahu membahu bekerja, membongkar maksud di balik realita, dan mengungkap kebobrokannya, lantas memperbaikinya bersama – sama.

Jadilah Polisi Bagi Diri Sendiri

Siang itu ketika saya sedang menunggu teman saya di halte kampus, saya dihampiri oleh seorang anak berusia kurang lebih 4 tahun. Namanya Adi “ tak gendong” katanya. Dia menarik – narik jilbab dan baju saya ketika saya sedang menulis pada sebuah buku. Meski agak kesal dengan caranya mengajak kenalan tersebut, saya menyambutnya dengan senyum dan mengajaknya bercerita. Intinya, saya welcome saja dengan tingkahnya yang masih sangat wajar bagi anak seusianya. Dia menanyai saya berbagai hal dan kami sepertinya sangat akrab. Tiba – tiba dia menarik paksa buku saya. Belum habis keterkejutan saya, dia merampas pena dari tangan kanan saya. Tanpa butuh banyak berpikir panjang, ia memberikan goresan – goresan yang maksudnya tidak dapat saya mengerti karena lebih menyerupai benang kusut. Saya berusaha ikhlas meski notes kecil kesayangan itu menjadi bulan – bulanannya. Dia membuka lembar demi lembar buku yang dihiasi dengan gambar beruang teddy dengan berbagai pose. Sepertinya dia tertarik dengan Teddy, sama sepertiku. Bibir kecilnya tidak pernah berhenti bertanya dan bercerita. Wah, anak yang cerdas kupikir. Namun sayangnya, dia belum fasih memegang pena dan berhitung. Saya mengajarinya berhitung dan memegang pena. Padahal menurut pengalaman saya, adik saya sudah pandai menulis pada usia 4 tahun.

my confession

5 MARET 2010

Lagi...

Umm... boleh jujur tidak?! Sebenarnya sejak beberapa waktu lalu, aku kembali diserang virus yang sangat mematikan itu. Weits...mematikan?! itu dulu, kalau sekarang lain, virus ini rupanya sudah kebal sehingga bisa disebut sebagai virus “baik”. Hmmm... diserang virus ini selalu memaksaku untuk mengingat Allah, mengejar target – targetku, dan selalu berproses untuk lebih baik. Sebenarnya...peristiwa 15 Februari lalu itu tidak terlalu menyisakan sayatan dihatiku. Justru aku merasa inilah petunjuk dari sang Maha Pencinta untuk menunjukkan siapa dia supaya aku tidak terluka lebih dalam lagi. Selain itu karena sejak beberapa waktu lalu... ada seorang pangeran lain yang bertahta dalam hatiku. Huehuehue... bahasa gue...!!!

Yups... kali ini benar – benar pangeran berjubah putih, yang tampak makin gagah dengan pegasusnya. Semakin mempesona dengan kharismanya. Hmmm... maaf ya...lagu “sempurna” benar – benar kutujukan untuknya. Namun sekali ini aku enggan untuk terus berharap, aku tidak mau luka yang telah kering tiba – tiba menganga lagi. Terlalu sakit. Aku hanya yakin, Allah pasti berikanku yang terbaik. Tapi aku maunya dia. Hehe...

Sudahlah, biar aku dan Rabbku saja yang tahu. Kali ini aku benar – benar tidak ingin siapapun tahu. Karena...karena...karena...Tapi biar bagaimanapun, aku akan tetap menjadikan ini sebagai motivasi untukku agar lebih baik lagi dan terus berproses. Terimakasih ya Rabb kau izinkan aku mengenalnya ^^ semoga aku dapat mengikhlaskannya. Walau perih.

Mawar Biru

Persahabatan

“Bersahabat selamanya” demikian kau janjikan
“Bersama sampai akhir masa”
Kita melakukan segalanya berdua
Kau adalah sahabatku.

Kala aku sedih, kau ada di sampingku.
Kala aku takut, kau merasakan ketakutanku.
Kau adalah pendukung setiaku
Jika aku membutuhkanmu, kau selalu ada.

Kau adalah sahabat paling hebat,
Kau selalu tau apa yang harus diucapkan:
Kau buat segalanya tampak lebih baik.
Sepanjang kita saling memiliki,
Segalanya baik-baik saja.

Tapi, ada masanya,
Kita perlahan merenggang,
Aku disini, kau di sana,
Mengoyak sebuah lubang dihatiku.

Segalanya mulai berubah,
Musik kita yang ceria berubah menjadi nada,
Seperti garam tanpa merica,
Seperti bulan tanpa matahari.

Tiba-tiba begitu jauh kita terpisah,
Dua insan berbeda, tanpa kesamaan,
Seakan kita tidak pernah berteman:
Meskipun kita tahu di lubuk hati kita
Kita berdua tidak ada yang bersalah.

Kau menemukan teman baru
Dan untungnya, demikian pula aku,
Tapi hal itu tak mengubah rasa sakit ini
Putusnya persahabatan kita membuatku menangis.

Saat kita tumbuh dewasa, semuanya tentu berubah
Tapi tak selalu harus berakhir.
Meskipun keadaan kita berbeda kini,
Kau akan selalu menjadi sahabatku.

Phyllis lin
Chicken soup for the teenage soul II






-Terimakasih-

untuk segala ujian ini ya Rabb..
terima kasih..
untuk segala keterbatasanku ya Rabb..
terima kasih..

dingin.peluh.airmata.serasa habis sudah.
tapi hidup tetap pada ketetapan-Mu ya Rabb..
aku tak mampu beruat apa2..kecuali atas kehendak-Mu..

semoga ini terbaik untuknya..
meski ikhlas adalah sebuah ujian yg sulit bagi hamba-Mu yg kerdil ini...

aku hanyalah aku
hanyalah seorang biasa
aku hanyalah luka yg meronta ketika pagi tiba
akulah gulita yg tersedu2 ketika malam hilang cahaya
akulah embun yg beku kala matahari menyala
akulah setitik jenuh antara pertemuan pasifik dan hindia

sampai aku tak lagi tahu...
dimana aku di hatimu?

Aku sadar betapa nistanya diriku
Sungguh tiada pantas
Baiknya kupupuskan saja asaku
Kubenamkan dalam – dalam
Jauh di lubuk jiwa
Hingga tiada lagi dapat kutengok
Tiada lagi dapat kuraba
Namun tetap kuingat
Entahlah
Begitu sulit lepas dari neuronku

Tahukah kau
Aku tersiksa
Siksa yang begitu perih
Dalam
Kenyataan itu teramat kuat menyentakku

temui aku dI Telaga biru..
tempat senyap dan bisu mengadu
jangan lepaskan kata-kata yg mengurai pedih itu
aku belum siap...
untuk kehilangan mawar biruku
aku belum saatnya untuk menuai luka yg menyesakkan dada..

apa ini waktunya tuhan?..
apa ketika aku bersimpuh pada-Mu..
apa ketika aku tengah bersujud pada-Mu..
apa ini waktu yg tepat untukku kehilangan segala..

dan kegagalan menghadapi diriku sendiri adalah kenyataan yang ahrus aku hadapi.
inilah yang mebangun jiwaku yang pernah jatuh.

aku pernah gagal.
aku pernah jatuh.
aku pernah hanya diam dan menyaksikan kebodohan melumutiku seperti lumut merayap pada sebatang kayu

tapi aku berjanji,
itu takkan pernah terjadi lagi..
aku bangkit karenaMu
aku kembali karenaMu
aku mencari cahaya itu
meski seorang diri
menapaki jalanku yang gulita
kuingin cahyaMu
hanya karenaMu
Rabb yang maha membolak balikkan hati
Tetapkanlah hati ini diatas dienMu
Teguhkan pendirianku akan hidayahMu
Yakinkan aku
Hanya karenaMu
Karena cintaMu
Bukan cintaku terhadapnya

sekarang,
pilihan bagiku...
adalah untuk berjuang..
untuk kebaikan di hari esok..
untuk masa depan yang telah kurencanakan
untuk optimisme akan do'a-do'a yang kupanjatkan siang dan malam..

Meski aku seorang diri

aku sadar.. betapa hidup itu pilihan...
antara meninggalkan dan ditinggalkan..

aku tak ingin memilih keduanya.. ya Rabb..
Engkau tahu aku tak sanggup..
tetaplah bersamaku ya Rabb..
agar tak putus imanku
agar aku tak lagi mengeluh..


Sunday nite, 100110@23:30

Terlalu Manis

Pangeran itu terlalu manis
Dengan senyumnya yang mampu menentramkan badai
Dengan jubah putihnya yang menampakkan keanggunannya
Dengan kuda putihnya yang mengiaskan kharismanya
Terlalu kokoh pribadinya
Dengan perjuangannya
Dengan azzamnya untuk terus berproses
Dengan tatapannya yang mampu memberikan keteduhan dalam gersang
Dengan santunnya yang sanggup menyinari gulita
Dengan petuahnya bak oasis dipadang tandus
Dengan segala pesonanya
Yang membuat pepohonan pun tunduk padanya
Dengan kemurnian hatinya
Dengan kesungguhan terpatri dalam kalbunya
Dengan mimpi yang tertulis lima senti didepan keningnya
Rabbana...
Begitu mulianya Engkau
Kau ciptakan makhluk seindah dia
Tapi mengapa kau berikan aku kesempatan
Kesempatan untuk mengaguminya
Lantas aku terdampar
Terbuang dalam keterasingan
Tersudut dalam sepi
Dengan kaki yang masih bersimpuh dihadapMu
Dengan bulir air yang tiada henti mengalir diwajahku
Dengan penyesalan masa lalu
Dengan kefuturan yang melingkupiku
Dengan kegagalan menggapai mimpi
Dengan beribu kekurangan diri
Dengan kealpaan yang tiada ingin lepas
Dengan segala asa


Sunday, March 6th 2010

Galau

Berhati – hatilah saat menyatakan perasaan. Saat kau mengatakan bahwa kau telah menganggapku sebagai teman, saudara, kemudian sahabat yang paling mengertimu, aku jadi tersenyum sendiri. Aku pernah berkata kepadamu, kadang – kadang, kau tidak sadar bahwa kau telah melukai hati orang lain dengan kata – katamu. Tahukah kau, terkadang, kau bersikap kasar dibalik kata – kata mu yang lembut? Kau memang selalu mementingkan dirimu sendiri.

Tidakkah kau merasa kau telah mempermainkanku dengan tiba – tiba mengangkatku kelangit, lantas kemudian menghempaskanku ke bumi begitu saja? Jahat. Tapi harus kuakui kau memang terkadang adalah orang yang paling memahamiku. Kau juga bilang kau akan selalu “ada” apapun yang akan terjadi. Tapi saat kau telah mendapatkan apa – apa yang kau mau, kau pergi saja seenak hatimu. Kau juga sering membuatku “panas” hingga aku terbakar dalam amarahku sendiri.

Terkadang kau berhati malaikat, dengan segala penuturan lembutmu. Terkadang kau nampak begitu bodoh, dengan pertanyaan – pertanyaanmu, terkadang kau tampak begitu memprihatinkan dengan keadaanmu, hingga menuai simpatiku. Tapi dilain waktu atau bahkan disaat bersamaan, kau tampak sebagai pribadi yang begitu menyebalkan dengan tingkahmu. Jelas sekali kau hanya “memanfaatkan” kesetiaanku. Ya, aku memang setia dalam memegang teguh janji persahabatan. Persahabatan adalah harga mati bagiku.

Aku minta maaf, jika aku telah menyakiti hatimu selama ini. Seperti yang pernah kukatakan kepadamu, aku akan selalu berada di sisimu selama kau membutuhkanku.

Dipuncak rindu, 2 Januari 2011