Friday...I'm lovin' it

Lantaran mendapatkan serangan sakit perut sejak pagi tadi, saya baru bisa “keluar kandang” ba’da ashar. Tentu saja dosen saya yang harusnya saya temui untuk menyerahkan tugas “pendalaman” pasca ujian komprehensif sudah tidak ada dikampus. Rapat yang agendanya dimulai sejak pukul 13.00 WIB juga sudah usai ketika saya nyaris tiba di TKP (Yah, nggak kebagaian petis...hihi). So, saya menjemput teman agar dapat menemani saya berkunjung kerumah dosen saya. Alhamdulillah...saya berhasil mengusik ketenangannya di dormitori yang kerap disebut “Baitul Jannah” itu.

Hari ini boleh dikatakan hari yang sangat tidak produktif. Terkadang memang keterbatasan fisik menjadi penghalang untuk dapat benar – benar “total”. Tanpa bermaksud menyalahkan sakit yang saya derita (cieee...bahasanyaaa, lebai jiddan, euy), saya mendapatkan begitu banyak pelajaran hari ini (sore hari lebih tepatnya). “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa MUSIBAH, ia BERSABAR, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan HAL TERBAIK bagi dirinya.” (HR. Muslim)Subhanallah...nikmat yang mana lagi yang akan aku dustakan???

Pelajaran pertama disore ini adalah bahwa Kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu nampaknya memang belum mendarah daging bagi para penuntut ilmu itu sendiri. Hal ini sebenarnya telah lama saya rasakan demi memikirkan dunia pendidikan yang kian aus tergerus metropolisnya hidup dan hedonisme. Namun saya sendiri sempat merasa putus asa, adakah hidup kita dinegara yang berpedoman pada pancasila yang begitu luhur maknanya ini akan benar – benar hidup. Manusia yang memanusiakan sesamanya. Menyayangi makhluk lainnya. Hidup berdampingan dengan damai...de el el... Hal senada dapat saya tangkap dari diskusi panjang antara saya, teman saya, dan dosen saya sore tadi. Bahwa para (katakanlah) pencari ilmu bahkan seringkali belum meluruskan niatnya dalam mencari ilmu. Terbukti dari seringnya menggampangkan proses belajar mengajar, kurangnya profesionalisme yang harusnya diterapkan secara tegas dalam sistem, proses pencapaian penilaian hasil belajar, dan sebagainya. Seiring perkembangan zaman yang menuntut manusia agar semakin maju dengan berbagai fasilitas yang mempermudah pekerjaan kita harusnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Bukan hanya dalam bidang akademis saja, melainkan unggul dalam hal attitude dan tindak tanduk manusia itu sendiri. Fakta dilapangan masih sering kita temui kasus – kasus “pelecehan” terhadap nilai – nilai moral yang pada akhirnya merusak harga diri bangsa. Dan sore ini saya mendapatkan “penguatan” bahwa masih ada orang disekitar saya yang sangat peduli dan merasa prihatin dengan kemunduran akhlak akibat kemajuan zaman ini.

Thankyou so much, madam. Anda membuat saya yakin bahwa masih banyak orang baik dan bisa diharapkan didunia ini. Anda makin membangkitkan passion saya yang memang sedang menggebu. Saya akan terus menjadi pembelajar, tiada pernah lelah belajar dan berusaha agar selalu lebih baik. May you always under His loving care, madam. God bless you.

Teringat kejadian ditempat saya mencuci foto,

“Kuliah dimana,dek?”

“Unila,mbak,” jawabku malu – malu.

“Waaahhh...pinter,dong, bisa masuk Unila...,”

Deg!!! Sering saya menerima ucapan seperti ini. Bahkan temman – teman saya juga demikian mungkin. Namun yang menyakitkan bagi saya adalah betapa tidak bersyukurnya saya yang selalu merasa ketiban sial, dan masih saja tidak ikhlas menerima nasib dan keputusan panitia SPMB. Saya masih saya merutuki kebodohan diri yang tidak bisa kuliah dikampus impian. Mengejar titel di jurusan yang saya idam – idamkan. Menimba ilmu bersama orang – orang dengan semangat berapi – api. Namun saya telah melupakan bahwa untuk dapat kuliah disini saya sudah “mengalahkan” berapa orang? Berapa orang yang begitu inginkuliah disini namun nasib berkata lain? Berapa orang yang rela merantau jauh – jauh untuk belajar disini? Astaghfirullah...

Perjalanan saya lanjutkan ke *F* karena perut saya dan teman saya sudah mulai menggelar konser musik jazz (let’s swing it, pals!!!). Sembari menikmati santap malam kami, saya terus berpikir dan mencoba mengingat – ingat, betapa beruntungnya saya. Meski saya bukan hidup diantara keluarga yang kaya raya dan bergelimang harta, tapi orangtua saya selalu dapat memenuhi kabutuhan anak – anaknya. Terutama dalam hal pendidikan. Mereka juga cukup diplomatis dalam menghadapi kemauan kami (anak – anaknya) yang selalu membombardir, menghantui mereka dengan bayangan masa depan kami dan berapa biaya yang harus selalu ada dihadapan kami setiap kami membutuhkannya. Betapa sulitnya mereka mencari nafkah, hanya untuk kami, ya...hanya untuk kami. Untukku, yang merupakan putri sulung yang selalu di elu – elukan. Sementara ada temanku yang hidup serba berkecukupan, namun untuk membeli peralatan penunjang pendidikan pun sulit. Ironi. Betapa mereka tidak pernah merasakan dapat bernapas dengan tenang, bersantai dan menikmati hasil jerih payah mereka. Mereka tidak pernah mengeluh. Tiada pernah putus doa dan harapan yang mereka tanamkan kepada anak – anak mereka. Bahkan hingga kini hidup merekapun masih bellum berada dalam kesenangan. Tapi mereka tersenyum senang dan bangga demi melihat anak – anak mereka rajin pergi menuntut ilmu, selalu memperjuangkan idealisme, berkemauan belajar ini-itu tanpa lelah, bermimpi begitu tinggi, dan mendapatkan prestasi yang baik disekolah. Subhanallah... I just wanna pray for my parents cause no matter how much of an idiot I am no matter how bad I mess up, they still manage to deal with me. Thank you God for giving me such great parents. I hope they are blessed always.

Dari K**, kami berpisah. Saya menumpang angkot ke arah Tanjung Karang dan teman saya ke arah Raja Basa. Saya langsung pulang ke Ratulangi untuk mengambil modul les dan kemudian menumpang angkot ratulangi. Sudah dapat saya pastikan bahwa saya akan terlambat sampai disana.

Didalam angkot saya disapa oleh seorang nenek yang berusia sekitar 70-an tahun.

‘Kok pulangnya malem,nak? Abis maen ya?!” Begh...saya seolah mendapatkan tamparan keras diwajah saya. Plak...Plak...(kanan-kiri,bo’!!!). Halah...

‘Enggak, nek. Saya baru mau berangkat les ini,” mencoba bersabar dengan tersenyum dan berbicara baik – baik dengan si nenek.

Rupanya nenek ini orang yang sangat penasaran dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Susunya pasti mahal!!! Atau multivitaminnya??? *korban iklan* Nenek ini ternyata begitu baik hati dan suka menasehati. Terimakasih, nenek...nice to meet you (jadi teringat mbah putri pasti lagi nonton sinetron Antara Cinta dan Dusta...hihi, luv u, granny). Si nenek ini berjualan telur asin, beliau biasa menjajakan dagangannya di sekitar pasar. Terkadang dalam satu hari, si nenek bisa menjual 10 – 15 butir telur asin. Beliau tidak membuatnya sendiri, tapi beliau juga membeli dari produsen seharga Rp. 2000 dan dijualnya kembali Rp. 2500-Rp. 3000. Keriput diwajahnya jelas sekali tampak sebagai akibat kerasnya hidup yang ia jalani. Salut saya dengan semangat nenek itu, masak gue yang masih muda dan perkasa gini kalah semangatnya!!!

Thank’s Lord...For giving me mother and father...my granny, and family. Enlighten me so that I may realize the depth of their love and the greatness of the sacrifices that they have done for me. Look upon them with mercy and love. And reward them for their untiring generosity. Love and care for me. Please grant them health of body. Peace of soul, happiness of family, and your bountiful grace. Protect them from all the dangers and temptations. And keep them always in your peace and love. Amiinn ya Rabb...

Eh, ternyata si abang kondektur juga baik hati, lho. Meskipun si nenek turun dan hanya membayar Rp. 1000 (Tarif sebenarnya jauh-dekat Rp. 2000) dengan rute yang harus memutar untuk mengantarkannya, abang tersebut tidak marah atau menggerutu, atau sekedar manyun, dia malah berterimakasih kepada si nenek. Wahhhh...ada juga nih ketemu kondektur dan sopir yang baik hati. Jarang – jarang soalnya.

“Kemana yaaa...anak nenek itu. Masa dibiarin malem – malem sendirian. Kerja jauh – jauh, kagak dijemput, jalan aja udah sempoyongan...,” si abang kondektur menggerutu.

Gara- gara kebaikan kondektur dan sopirnya kepada setiap penumpang (termasuk mengantar penumpang dengan rute berputar – putar ratulangi dalem-gedong air karyawan-prapatan-tamin-palapa atas),mereka mendapatkan banyak rezeki hari itu.*menurut pengakuan si kondektur,sich* tapi kalau saya amati memang angkot yang saya tumpangi itu selalu penuh sampai saya yang mempunyai tempat tujuan paling jauh saja masih penuh. Alhamdulillah...

Yapz...akhirnya angkot menurunkan saya tepat didepan gedung tempat kursus saya. Masih terdengar alunan Bondan Ft Fade to Black, Ya Sudahlah. Sekarang saya seperti kembali kealam nyata...saya pasti terlambat dan saya tidak bisa menyebrang. Benar saja, tidak ada orang yang akan menyebrang jadi saya tidak bisa menumpang. Saya hanya berharap ada satpam yang melihat saya dan segera bertindak cepat. Sia – sia... saya harus menunggu lama sampai ada orang yang mau menyebrang, dan saya sudah sangat terlambat.

Beruntungnya saya masih bisa menimba ilmu malam ini dari Mr. Gusti. Gayanya mengajar saya suka. Ilmunya juga dapat tertransfer dengan baik. Dan score latihan saya juga bagus. Alhamdulillah...saya beruntung tidak melewatkan malam ini. Tidak ada alasan bagi saya untuk bermalas – malasan. Ada rekan saya yang rela jauh – jauh datang dari Kota Bumi (dengan menempuh perjalanan sekitar 2 jam) untuk belajar disini. Saya nggak boleh kalah saing,dhunkz!!!

Sesampainya dirumah, saya mencium aroma yang memanggil – manggil saya. Hihi...ada martabak duren... Alhamdulillah...

Belum sempat saya berganti pakaian, sepupu saya minta diantarkan membeli kertas krep. Toko mana yang jam segini masih buka (pukul 21.30,red)?wahhh...mau tidak mau saya harus menuju kearah kampus, nich. Beruntung kami masih menemukan toko yang buka. MM Gedung Meneng. Hehe...jauh kali ya belanjanya. Tugas saya belum selesai sampai disini, saya masih harus jadi tim kreatif untuk mendesain hiasan kepala siswa SDIT tempat sepupu saya mengajar karena sedang ada lomba dalam rangka milad Nabi Muhamad, sekaligus mempersiapkan semuanya (gunting – gunting...tempel... tempel). Untung saja saya bisa mengendarai sepeda motor, sehingga bisa diberdayakan. Seorang muslim kan harus pandai memanah, berkuda, dan berenang.

Sebelum membiarkan raga saya mendapatkan haknya untuk dapat beristirahat, saya memutar ulang rekam peristiwa yang saya alami hari ini. Saya kait – kaitkan dengan kejadian – kejadian dan fakta lain yang membuat saya semakin bersyukur.

“Ada dua kenikmatan, banyak manusia menjadi merugi gara-gara dua kenikmatan ini, yaitu; nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang.” (HR Imam Bukhari).

Bukankah semua ruas tulang belulang manusia merupakan wujud dari kesehatan yang Allah swt berikan itu? Namun, sayangnya, sebagaimana tersebut dalam hadits, banyak manusia melupakannya sehingga mereka menjadi merugi karena tidak mensyukurinya.

“Diciptakan oleh Allah terdiri dari banyak ruas, semuanya ada tiga ratus enam puluh (360) ruas. Setiap ruas ini mencerminkan kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia. Oleh karena itu, setiap ruas ini diperintahkan untuk bersedekah, sebab atas nama setiap ruas ini merupakan ekspresi dan bentuk syukur manusia kepada Allah.”

Here i am, at the end of My lovely Friday, Allah has been kind to me, Allah gave me an opportunity and also answering all my hope or resolution. With Allah permission and guidance, i hope... *pray* Alhamdulillah.

Udah baca novel Galaksi Kinanthi belum?? Ada kata – kata ini nich : "Tersenyumlah ....Allah mencintaimu lebih dari yang kamu perlu". Thank’s God that i have You,,,

My 1431 Eid El Fitr

[Masih kusimpan rupanya,,,publish ajaaaa ^^]

Seringai Rindu Ramadhan…

Hadiah terindah dari Sang Empunya Cinta telah berlalu. Terpaku. Terdiam mengiringi kepergiannya. Seolah tak rela. Seolah menyesali apa yang telah terjadi. Waktu. Sesuatu yang tak akan berulang dating telah tersiakan. Dalam hati ini terpendam sebuah doa sekaligus harapan, semoga di kemudian hari kita masih diberikan-Nya kesempatan ini, kesempatan untuk lebih bisa mengisi lagi, lebih bisa menikmati lagi Keindahan Cinta Ramadhan dengan malam-malam yang lebih baik daripada malam seribu bulan yang senantiasa mengiringinya...amin, ya Allah, ya Rahman, ya Rahiim...

Jika boleh aku jujur, sesungguhnya aku tidak terlalu suka dengan lebaran. Aku lebih suka menikmati ramadhan. Namun, selalu saja ramadhan dan idul fitri berjalan beriringan. Andai saja dapat kucerai berai. Hhhahh… aku tidak suka lebaran karena mendekati lebaran orang – orang malah menyibukkan diri dengan persiapan idul fitri. Membuat kue, memperbaiki rumah, membeli ini – itu yang sebenarnya tidak terlalu penting. Padahal aku ingin memfokuskan saja satu minggu terakhir hanya untuk ramadhan yang mulia. Satu minggu setelah libur dan terbebas dari kegiatan dikampus, dilab, atau diluar sana. Walaupun tidak benar – benar terbebaskan.

Lebaran day

Yang lebih menyedihkan lagi menyambut lebaran tahun ini adalah menyadari bahwa tuan rumah pertemuan keluarga besar mbah kakung (a.k.a. kakekku) adalah keluarga di Gedung Tataan. Terbayang olehku betapa ramai, repot, riweh, lelah, bokek, de el el… sudah seperti membayangkan apa saja *lebai mode.on*
Benar saja, menjelang lebaran frekuensi kena semprot oleh si nenek menjadi lebih sering. Apalagi ketika anggota keluarga sudah berdatangan. Rumah terasa makin sempit. Sulit dibedakan antara pasar atau rumah. Bising. Pekerjaan rumah makin menumpuk. Belum lagi urusan menjaga emosi yang sering meluap – luap. Untuk itu, sampai H-2 sebelum lebaran aku tetap saja pergi keluar rumah. Kemana saja. Nengok kampus sebentar, lalu pergi kewarnet, atau kekantor demi menggunakan fasilitas hotspot yang kecepatannya super duper hebat. Tentu saja aku tidak pulang malam seperti biasanya saat kampus masih aktif. Jam 16.30 aku sudah dirumah dan membantu sedikit saja pekerjaan rumah. Nakal ya???!!

Ketakutanku menjadi kenyataan. Lebaran tahun ini aku tidak bisa pergi kemana – mana. Lebih repot mengurus dapur kala lebaran seperti ini daripada meng-handle dapur umum di posko PMI Toboh Palabah sewaktu gempa Padang dahulu. Hari pertama idul fitri, keluarga besar (minus mbah putrid a.k.a nenekku yang jaga rumah ;p) berkeliling dari rumah kerumah untuk bersilaturahmi. Sampai siang hari kembali kerumah masih harus menyambut banyak tamu yang bertandang (Alhamdulillah…itu artinya banyak saudara, kan?!). Sampai malam hari tamu dating silih berganti, aku lelah…mendingan ngotak-atik laptop mendesain atribut reuni akbar nich..pikirku. namun ternyata hal itu dinilai kurang sopan oleh anggota keluarga yang lain. Tapi bukan aku kalau tidak bersikukuh dengan pendapatku…hehe… aku tetap mengendap dikamar, entah apa yang aku kerjakan.

Hari kedua dan ketiga aku berharap bisa keluar rumah. Paling tidak memenuhi janjiku untuk mengunjungi saudariku di Gading Rejo. Yahhh…kunjungan plus-plus lah…kemanaaaa…gitu sisanya. Tapi ternyata harapanku kandas, sodara- sodara!!! Ini waktunya membuat kue untuk persiapan pertemuan keluarga hari Senin depan. Lagi – lagi aku harus menahan urat Maluku untuk meminta maaf karena (lagi – lagi) tidak bisa memenuhi janjiku. Ya sudahlah…

Parahnya lagi aku harus menjaga kurcaci – kurcaci kecil yang luar biasa kreatifnya sementara ibu – ibu mereka memasak sembari ngerumpi. Tapi justru disinilah aku menemukan hal unik ketika aku menggendong salah seorang keponakanku yang sebenarnya sudah terkantuk – kantuk untuk menyaksikan pembantaian terhadap seekor kambing jantan jenggoter yang tubuhnya super kekar. Keponakanku ketakutan tapi aku tahu dia penasaran. Aku takut – takuti saja dia. Spontan dia menangis. Begitu pula keponakanku yang lainnya. Tapi lucu. Hihi…maafkan aunty yaaa…


Hari yang melelahkan. Namun ini baru pemanasan. Kelelahan yang sesungguhnya baru bisa dirasakan esok hari. Jadi sekarang ini anggap saja warming up. Usai berberes dan sedikit membantu persiapan untuk besok, aku dan sepupuku pergi mencari buah – buahan untuk dibuat sup buah dan pudding. Waaahh…kami sudah seperti memborong apa saja. Harusnya pakai mobil nich ngangkutnya. Sudah begitu banyak yang komentar meragukan kualitas makanan yang akan kami siapkan. Cicip dulu geh…baru komen. Cacian, sindiran halus tapi tajam menghujam sudah tidak membuat kami jera untuk bereksperimen dengan buah – buahan dkk yang kami beli tadi. Lah…justru itu menjadi penyemangat kami untuk dapat menghidangkan makanan yang sehat, lezat, higienis, dan buat mereka menarik kata – kata mereka atas kami. Bukan hanya membicarakan tentang keraguan mereka atas kamampuan kami, mereka juga membicarakan hal – hal lain yang sangat tidak enak dihati. Sudah biasa. Dan kami anggap itu salah satu materi ujian komprehensif lepas ramadhan. Jadi kami bersabar saja, tersenyum, dan berdoa. Aku masih berkutat dengan pudding sampai pukul 12 malam. Semoga saja ini tidak mengecewakan dan tidak sia – sia aku lembur. Lembur untuk mengerjakan tugas kan sudah biasa, nah…ini yang luar biasa. Hehe… (menghibur diri).

Aku beristirahat setelah ibu dan bude, serta seorang sepupuku Nampak kelahan membantu dan menghadirkan semangat dalam diriku. Bukan mudah, menyiapkan makanan seharusnya dengan penuh sukacita, ikhlas, dan full of bumbu cinta. Tidak dengan keadaan murung seperti ini. Tapi aku mencoba untuk ridho dan mengaplikasikan ilmu dari buku yang tengah kubaca. Sesuatu yang kita lakukan hanya karena Allah pasti akan abadi. Aku yakin itu. “Allah, tetapkanlah kaki kami di jalanMu”. Beragam nasehat yang luar biasa dihadirkan dalam sebuah buku. Menjadi pengingat. Penyemangat, meng-charge ruhani yang sering goyah. That’s really a must read deh…dahsyat!!! (lebai jiddan ih…!!)

Haru Biru di Pertemuan Tahunan

Hari yang dinantikan oleh sebagian besar keluarga akhirnya tiba juga. Demi menghadirkan kepuasan bagi keluarga besar, aku dan sepupuku menyiapkan suguhan sejak subuh hari. Aku juga sempat pergi kepasar untuk membeli beberapa keperluan yang masih kurang. Dipasar (lagi – lagi) aku mendapatkan pelajaran. Terutama ujian kesabaran. Peristiwa itu terjadi ketika kami (aku dan sepupuku) mendatangi sebuah toko kelontong untuk berbelanja. Dari kejauhan Nampak sang majikan pemilik toko itu begitu anggun dengan jilbabnya yang terjuntai sampai kedada. Tapi pelajaran pertama setelah memasuki toko ini adalah : don’t judge the book by it’s cover!!! Dan kami pun berlalu sambil berlapang dada.


Tamu makin lama makin ramai seiring matahari yang mulai meyengat. Sorak sorai, tawa, canda, ada juga yang curhat. Mereka tidak menyaksikan ada sesosok anak manusia yang sedang bersedih. Hari ini adalah reuni ke-4 temen – teman SMA ku. Aku tidak pernah bisa menghadirinya barang sekalipun. Bukan apa – apa. Bukan aku melupakan mereka. Rinduku pada mereka begitu membuncah. Tahu mengapa?? Karena perasaan memiliki akan makin kuat ketika kita sudah terpisah jauh. Begitu pula denganku. Tiap tahun, setiap tanggal 4 syawal adalah agenda keluarga besar yang mewajibkan “umatnya” untuk datang. Bukan hanya teman – teman seangkatanku saja, Ikatan Alumni ROhis di SMA ku juga mengadakan reuni. Dan aku tidak mampu memberi apa – apa kecuali doa dan air mata. Tangisku kian menjadi tatkala aku menelepon seorang teman, dari sana aku mendengar begitu riuhnya suasana disana. Aku bercakap dengan mereka satu – persatu walaupun tidak semuanya. Senang bisa mendengar cerita mereka. (kasian banged sich gue  ).

Sstt..sebenarnya aku kabur untuk menelepon temen – temenku sembari menghindari tugas. Hihi…sudah tersiar gossip aku akan diberi tugas, apalagi kalo nggak MC, Tilawah, atau sari tilawah. Mending aku kabur. Toh, tahun lalu aku sudah ditugaskan sebagai MC. Aku masih ingat, tahun lalu ketika acara belum selesai, aku kabur sehingga mereka mencari – cari MC. Hehe…waktu itu lagi booming Film Ketika Cinta Bertasbih 2. Aku lebih memilih nonton bareng sobatku. Hehe..

Aku join lagi dengan anggota keluarga yang lain ketika acara sampai pada sesi ular – ular. Eits…itu bukan snake. Belakangan aku tahu itu artinya adalah nasehat. Jadi para tetua menyampaikan wejangan atau nasehat kepada seluruh anggota keluarga. Hadirin tampak khusyuk menyimak penuturan sang tetua, namun aku yakin bahwa tidak semua dari yang hadir disini mengerti apa maksud pembicaraannya. Terlebih aku. Hehe…jelas saja, lha wong bahasa yang digunakan adalah bahasa kromo inggil, jawa pasaran aja masih susah diterjemahkan, apalagi ini. Lain kali aku usulkan supaya disediakan jasa penerjemah atau diberi subtitle hehe…tapi kalo aku sich mending nerjemahin pembicaraan orang - orang dari palang Merah Internasional (kalo yang ini kan sudah pengalaman…hehe).

Nahh…yang paling tidak aku sukai diacara ini adalah acara sungkeman. Pada sesi ini aku khawatir akan terjadi banjir lantaran orang – orang dewasa pada nangis. Entah apa yang mereka pikirkan aku sendiri kurang paham. Kalo aku sich Cuma mesam – mesem karena suka dicandai dan dinasehati oleh para orang dewasa. Jadi suasana harunya nggak dapet banged gitu dech di aku…hihi

Setelah acara sungkeman, pengundian arisan deh…dan yang beruntung kali ini adalah mbah putri pangkul. Disebut begitu karena beliau memang mengabdi sebagai bidan desa di Pangkul, suatu desa didaerah Tanggamus. Kalau dari Bandar Lampung, setelah Wonosobo. Jauh sekali memang, disana juga sering ada bencana alam, tapi yang sering terjadi adalah perjalanan kesana yang terhambat karena jembatan yang terputus. Alhasil, untuk menuju kesana harus berputar kearah Krui dahulu. Weleh – welwh… amshiong dah pokoknya. Tapi yang paling menyenangkan disana adalah tiada hari tanpa ikan. Mau ikan laut jenis apa saja ada disana. Yah…itu adalah surganya penggemar sea food seperti aku ini. Hehe…

Sesi yang paling ditunggu – tunggu oleh anak – anak kecil seusiaku (haaaahhh…??!!) adalah sesi saweran. Maaf ya sodara – sodara…jangan salah sangka dulu, saya sudah pensiun kok jadi penari. Hehe…saweran yang dimaksud disini adalah penyebaran koin. Tidak sedikit koin yang dibuang keatas untuk diambil oleh orang – orang dibawah, tidak tanggung – tanggung, untuk acara ini harus menukarkan uang di bank lho untuk mendapatkan pecahan koin Rp. 1000 dan Rp. 500. Berbagai upaya dilakukan untuk berlomba mendapatkan uang sebanyak mungkin. Ada yang menangkap uang dengan peci, dengan rok, sampai menginjak koin agar tidak diambil orang lain. Bukan hanya anak – anak, ibu – ibu pun andil dalam meramaikan sesi ini. Beruntuk tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Hehe.. lucu. Mereka tampak begitu akrab, saling dorong, tertawa, berolok – olok, sampai keringat membasahi baju mereka.


Sebenarnya aku sadar dan mendukung maksud diadakannya kegiatan tahunan ini. Namun yang kusesali adalah aku jadi tidak bisa mengikuti acara disekolahku. Bagaimana tidak, lha wong sekolahku di Kalianda, acara keluarganya kalo nggak di Bagelen (Gd. Tataan), di Sukaraja, atau di Pangkul. Kalo Cuma di Bandar Lampung sich aku masih bisa ngabur. Hehe… parahnya lagi orang tuaku jadi tidak bisa berlebaran di tempat dimana aku dibesarkan (Kalianda,red) lantaran tiap tahun harus mudik, kalau kami tidak pulang, mbah putri akan sangat bersedih hati. Menangis dan ngambek dengan anggota keluarga yang lain. Kalau sudah begini sich berabe urusannya. Karena sejak mbah kakung meninggal, beliau memang tinggal dirumah itu sendirian. Tapi sekarang ka nada aku, cucunya yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung ini menemaninya. Dari kecil aku diwajibkan untuk menghafal nama – nama desa yang kami lewati sepanjang jalur mudik ini. Bosan sich…karena dari dulu kami selalu naik bus yang itu – itu saja. Dari Kalianda kami naik bus Bakauheni-Rajabasa, setelah itu naik bus Rajabasa – kotaagung, atau kalau mau mudik ketempat bapak ya naik Rajabasa – Kotabumi. Kecil amat proyek harus menempuh jalur mudik sependek ini. Sekali – kali pengen deh naik kerete api mudiknya. Hehe…
Tapi beneran deh, aku naik kerete api baru sekali. Waktu itu dalam perjalanan dari Jakarta ke Bogor. Itu juga dengan kondisi gerbong kosong sehingga aku dan abangku bisa bebas memilih tempat untuk tidur. Naik pesawat udah bukan hanya sekali, kapal laut juga…jadi pengen sesekali naik KRL atau pesawat sukhoi… (ngayal dehhh).

back to our topic, manfaat dari kegiatan ini sangat banyak. Selain ajang silaturahmi keluarga yang belum tentu juga setahun sekali dapat bertemu, acara ini juga dapat andil dalam upaya pelestarian budaya Jawa yang sudah Nampak jelas sekai tergerus oleh arus globalisasi dan modernisasi. Dalam acara ini bisa ketahuan silsilah keluarga yang sudah mulai berantakan karena saling tidak mengetahui keluarga lainnya. Pernah ada kisah picisan tragis (mulai lebai) yang terjadi ketika sepupuku berhubungan dekat (sulit untuk mengakui bahwa mereka itu pacaran) dan tampak menjalin hubungan serius ketika mereka sama – sama kuliah di Jogja. Dengan bangganya ia memperkenalkan pacarnya yang dari Surabaya yang ternyata adalah sepupunya juga. Dengan berat hati, mereka harus mengakui bahwa mencintai memang tak harus memiliki. Hmmm…preeeeeet!!!

Kasus lain juga terjadi denganku pada lebaran kali ini. Ternyata ada saudara yang kuliah di kampus yang sama denganku, di Fakultas yang sama, hanya saja sedikit beruntung karena jurusan kami berbeda. Itu juga pernah terjadi pada sepupuku, ia harus menerima kenyataan bahwa ia juga berada di fakultas yang sama dengan saudaranya, mereka kenal dekat dan sedikit akrab. Tapi mungkin mereka saling tidak peduli dan tidak pernah menanyakan silsilah keluarga (nggak penting juga kali yaaa…). Jadi seperti menyatukan kembali hubungan keluarga yang sudah tidak terdeteksi, itulah manfaat pertemuan ini. Dan aku menghargai itu.

Balik Mudik

Selepas membereskan sisa – sisa acara tadi siang, kami sekeluarga pulang ke Kalianda. Agak maksa sich…karena seharusnya adikku tidak perlu ikut pulang karena lusa sudah masuk kuliah. Tapi mungkin saja dia enggan berada di kost dan berbicara pada dinding kamar. Hihi…alhasil mobil sedan (yang kau tahu kapasitasnya berapa?) kami tumpangi oleh 6 anggota keluarga plus seorang sopir. Beruntung kedua adikku masih kecil, jadi bisa dipangku. Andai mobil ini bisa bicara, mungkin kalimat yang akan diucapkannya adalah “ampuuunnn…bossss.” Hehe…

Ini semua gara – gara halalbihalal yang keesokan harinya digelar oleh bupati Lamsel yang baru. Jadi bapak dan ibuku harus menghadiri acara tersebut. Nggak tahu orang lagi capek kali yaaa…

Sore hari sepulangnya orang tuaku dari acara halalbihalal, kami berkeliling kerumah tetangga – tetangga dekat. Wahhh…banyak sekali perubahan yang terjadi. Aku seperti makhluk asing. Berapa lama sich aku tidak mengunjungi mereka. Diteana sang onta tua, aku berboncengan dengan adi mengunjungi rumah – rumah saudara disini yang sudah lama sekali tidak kami kunjungi. Mereka terheran – heran melihat kami, hehe…kami juga merasa asing. Kunjungan malam ini menyisakan kesan tersendiri bagiku. Aku bersyukur masih diberi kesempatan bersilaturahmi kepada mereka. Orang – orang yang sudah seperti keluarga sendiri. Begitu baik hati.

Pulang kampong kali ini benar – benar tidak ingin aku lewatkan begitu saja. Aku berberes rumah, bekebun, panen sayuran, panen buah, main di kolam, bertemu teman –teman lama. Semua itu tentu membuat aku merasa seperti berada pada duniaku dimasa lalu. Dan lebaran kali ini benar – benar memberikan kesan tersendiri untukku.

“Allahumma yasir lii jaliisan shalihan…”

Special For my Dear

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra: 36)

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Cinta apa kabar kau disana? Aku masih disini menunggumu berkelana, bertahan disini menunggumu ku disini. Sayang, segeralah engkau pulang. Menunggumu dengan sepenuh hati yang tegar dalam berjuang mencapai ridhoNya. Aku setia menanti dalam kejujuran dan kemurnian hatiku. Setia menanti saat itu tiba, tanpa butuh rentetan kata dalam bentangan untaian kisah melalui tinta. Sebab tak perlu lagi alas an untuk menjelaskan tentang cinta. Meski hidupku begitu tawar tanpa kepedulian dan hadirmu. Aku rela menanti dibatas ini, andai saja kau tahu rasa ini untukmu…
Cinta bukanlah hanya mengedepankan ego semata. Cinta adalah abstraksi yang menjadikan segala yang kita miliki jadi sempurna. Hatiku hampa tanpamu disisiku. Maafkan aku yang sering menyakitimu, membuatmu merasa begitu kerdil dihadapanku. Namun sesungguhnya aku merasa tidak ada apa – apanya dibandingkan dirimu. Kita begitu kontras, dengan perbedaan antara kita yang menjadikan sempurna. Bukan lagi perpecahan yang ada.

Terlalu sakit, terlalu perih kisah ini kusimpan sendiri. Sampai lidahku kelu untuk mengisahkannya. Sampai dadaku sesak merasainya. Sampai kepalaku ingin pecah memikirkannya. Sampai air mata tiada dapat kubendung lagi. Hanya aku. Biarkan kusendiri yang menyimpan kisah ini. Allah yang maha tahu, aku berpasrah pada ketetapanMu. Kali ini aku benar – benar hanya ingin menyimpannya sendiri. Meski sesak, perih, sakit teramat dalam yang kurasakan. Biar kupendam sendiri. Biar takdir yang berbicara. Sampai saat itu tiba dan penantian ini menjadi manis pada akhirnya.
Aku bukan putri bergaun sutra yang menunggu pangerannya dijendela kastil yang terjaga. Juga bukan putri tidur yang butuh sebuah kecupan demi terbangun dari mimpi yang panjang. Padahal aku tidak butuh pangeran berkuda yang membawa pedang. Bukan pula gatotkaca yang bisa membawaku terbang nyentuh awan. Bukan pujangga yang terlalu romantis. Aku hanya butuh dia. Sosok tiada sempurna yang kuyakin akan menjadikan hidupku jadi sempurna. Yang dapat menjalankan semua kewajibannya didunia. Seorang imam yang mampu meridhoiku untuk menyentuh surga.

Ketika kau datang, kau memaksaku untuk menyerahkan seluruh yang ada didiriku,
meruntuhkan benteng pertahananku yang telah aku bangun. Kau memaksaku untuk terus berharap, bahwa dia milikku selamanya. Sebuah kisah yang ada disemesta. Tentang cinta yang mengisyaratkan duka. Menghadirkan tangis dalam senyuman. Akan selalu terkenang selama mentari bersinar. Kisah tentang cinta yang datang. Kisah tentang cinta yang dilarang. Kisah tentang cinta yang hilang. Namun selalu abadi dan tak pernah mati. Hanya bahasa tubuh yang mengisyaratkan cinta itu ada. Disini. Didalam dada ini. Didalam aliran darahku. Dalam hembusan nafasku. Dalam sorot mataku. Tak pernah terkuak hingga kini. Cinta yang ada dalam jelaga. Cinta penuh harapan dan keinginan. Sampai engkau kembali dari pengembaraanmu.

Ada lagi yang bilang cinta itu butuh pengorbanan
Waktu, harta, harga diri, bahkan perasaan kah yang dikorbankan
Siapa yang menjamin itu tak sia-sia
Emangnya cinta itu apa…..
Emangnya cinta itu milik siapa
Ketika cinta diberikan ternyata tak ada yang menerima
Ketika cinta dinantikan ternyata tak ada yang datang
Ketika ada yang bilang cinta, nyatanya hanya demi mendapatkan cinta
Itulah cinta diantara manusia, tiada yang suci tiada yang abadi
Semua seringkali karena emosi, karena cinta diri
Cinta sejati adalah cinta yang bikin hidup lebih hidup
Cinta sejati membuat yang hidup ingin lebih lama hidup
Cinta sejati memberi semangat untuk mengabdi
Cinta sejati buatku bertahan meski membosankan
Cinta sejati tak mungkin menghadirkan senyap, merana dan sepi
Cinta sejati membuat kasmaran sampai mati…..Berikan pada Illahi Rabbi

Yah, cintaku hanya untuk sang Ilahi Rabbi...
Cinta kepada sang maha cinta,
Yang maha membolak balikkan hati


Dia
siapakah itu??? Mengapa dia seolah memberikan tulang pembungkus dagingnya padaku. siapakah itu… Mengapa ia tertawa diatas kelopak kamboja yg layu diatas pijakan kakinya. siapakah itu...yg tertawa di tengah tarian kematian…ya ALLAH dialah korban pencurian atas tulang rusuknya….dialah pengisi ruang dijwaku… dialah tawa yang menjadi tangisku…dialah senang yang menjadi sakitku…dialah ranting yang menyulut api dalam kasihku…

Saat cinta berubah jadi amarah yang membara Saat cinta berubah jadi gelisah yang tak kunjung hilang. Saat cinta berubah jadi tetesan embun neraka. Aku tidak akan berpaling dari takdir. Burungpun harus terbang mengepakkan sayapnya.

Daun-daun keringpun harus gugur tinggalkan ranting. Malampun harus datang tepat menggantikan siang. Lekat dengan kepatuhan, sarat dengan ketundukkaan. Dapatkan buahnya…

Tiada susah payah, tiada bencana, penuh kepasrahan. Berjalanlah bersama yang memperjalankan. Hadirkan ketulusan sepenuh kelapangan dada Ketika hidup berada dalam bimbang. Hanya’entah’ yang bisa kuucap. Karna tak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya bisa diam dalam bisu. Ketika desah menguak pintu hati. Hanya ‘kosong’ yang terlontar dalam kesah. Nyatanya tak semudah membuka daun jendela. Yang ada hanya tanya dalam diam. Ketika datang tanya mengapa ada bimbang. Hanya’pilihan’ yang bisa kubentang ,karena memutuskan butuh pemikiran. Timbang menimbang menangkan satu pilihan. Haruskah bimbang tiada bertepi Bila keikhlasan telah diberi. Jangan biarkan terkurung membui. Membuka jendela hati sebagai solusi. Kepasrahan pada kehendak Ilahi adalah obat yang tak terganti. Kan hapus bimbang, jernihkan hati. Luruhlah pongah, sombong dan dengki. Ketika datang tanya sudahkah bimbang pergi. Katakan ‘pasti’ bimbang itu sudah tiada lagi. Kalau datang lagi, kan segera pergi. Karena Pengobat Hati telah lekat dijiwa ini. Rabbi …pancaran cahayaMu, hangat meresap ke kalbuku. Menjalar kesegenap denyut nadi dan aliran darahku. Menggetar sanubari dan ragaku terhanyut. Tafakurku menyatu dalam dongak wajah dan tangan berpadu. Dan terucap syukur penuh syahdu, bak diterpa rindu

Yaaaa…Rabb, kuharap ini rindu tak bertepi. Selalu hadir dan terbit setiap hari, tiada henti. MenujuMu dengan cinta dan gairah menggebu. Telah kuyakini Engkau pengharapan terakhirku yang mengantarku kepenantian hakiki. Lalu berkumpul dan bercengkerama dengan insan pilihan yang Kau cinta. Dan mereka pun begitu mencintaiMu. Insan yang memiliki kelembutan terhadap sesama muslim. Insan yang selalu tegas terhadap orang kafir. Insan yang berjihad dijalan Allah. Mereka tak takut celaan orang-orang yang suka mencela. Mereka adalah insan yang senantiasa sujud ruku dan zakat. Tak kan kukotori perjalanan ini,dengan cinta semu pada dunia. Tak kan kukotori langkah-langkah ini, dengan tujuan yang tak pasti. Tak kan kusesali tinggalkan dunia fana ini, karna penuh kesenangan palsu. Tak kan jejak demi jejak berlalu dengan catatan buruk yang merusak jati diri diatas perhelatan dunia yang penuh hidangan dan aneka warna gemerlap. Ada pesta tetumbuhan yang menari dibawah sepoi tiupan semilir angin Ada pesta manusia dengan berjuta peran bak diatas panggung sandiwara.Ada pesta antara benda-benda bergerak dan tak bergerak nan hingar bingar

"Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu." (Ali Imran:120)

My Comprehensif Exam

Pernah nggak sichmengalami yang namanya nggak bisa tidur, nggak enak makan, nggak pewe juga mau belajar?! parah, kan?!!! Huh, rasanya gelisah setengah mampus demi menghadapi ujian paliiiiinnggg akhir dalam sejarahnya jadi mahasiswa S1.Nggak percaya?? Itu nyata, ini fakta. Aku nggak bisa tidur semaleman karena paginya mau ujian kompre, jamtujuh pula!!! Omigod!!! I need Your miracle ^^

Awalnya tuch aku gemes buanget sa,,ma yang namanya waktu. Aku juga membenci jadwal. Kenapa sich waktu musti jalan terus, nggak bisa si-stop barang sebentar aja???!!! Aku kan butuh waktu yang disishkan oleh ketiga dosenku untuk mengujiku...huhuuuu... Entah apa namanya dan bagaimana aku harus mendeskripsikan perasaanku yang menanti saat yang "tepat" untuk ujian komprehensif ini. Aku mulai masuk Lab dan penelitian pada bulan Januari 2010, SK Pembimbing skripsi keluar tanggal 10 Februari2010, penelitian selesai bulan Maret 2010, dan aku baru kolokium tanggal 19 Oktober 2010. Setelah itu aku sempat sangat memfokuskan pikiranku pada kegiatan yang amat sangat nggak penting yang digelar pada akhir November 2010. Padahal orang lain aja nggak peduli dengankegiatan yang pada akhirnya berjalan dengan sangat tidak sukses itu. dan semester lalu menjadi semester yang sangat tidak produktif bagiku. tapi tetap saja aku nggak nyesel,kok. Insya Allah banyak hikmah dibalik ini semua. Dan Tuhanku selalu punya rahasia untukku, selalu emmberiku kejutan yang tak terduka. dan aku bahagia karena-Nya.

*Berusaha ikhlas kok susah banget yaaa...huhuuuu,,,masih nggak rela*

Ya Allah, Rasanya sudah tak sanggup lagi kulalui semua ini. Bayangin aja, aku baru mendapatkan jadwal seminar hasil penelitian pada tanggal 31 Januari 2011. Itupun melalui perjuangan panjang menanti, mencocokan jadwal, dan sebagainya. Begitu pula dengan proses penentuan jadwal ujian kompre yang tidak kalah menguras air mata. Sebentar lagi, mungkin aku akan melihat mimpi-mimpi ku hancur dihadapan ku. Perjuangan apa lagi yang mesti aku lakukan untuk memperjuangkan semua itu. Mimpi ku telah terkubur bersama semangatku yang menghilang entah kemana. Terlalu sakit untuk ku menjalani semua ini.

Diruangan seminar mahasiswa ini aku meratapi nasibku. Terngiang kata - kata pembiimbing II-ku

"Ya, kalo nggak bisa maugimana lagi?? Tunggu aja pulang dari Jepang!!"

Deg!!!! Aku seperti dihujani batu - batu dari langit. Sekarang perasaan ku telah mati. Melihat mereka bersenandung riang menantikan wisudanya. Apa yang dapat aku lakukan saat ini. Sedihkah aku? atau bahagiakah aku melihat mereka? Aku benar-benar tak tahu lagi membedakan keduanya.

Sudahlah, Aku terlalu lelah buat memikirkannya. Memikirkan sesuatu yang tiada pasti akan nyata. Nggak apa- apa kok, stok air mataku masih banyak. Air mata ini bukan apa-apa. Hanya tangisan kegundahanku saja. Lupakan, Itu akan lebih baik. Ku ikuti aturanmu. Nanti, setelah semuanya selesai. Aturan ini akan kau mainkan sendiri. Terimakasih, perjalanan penulisan skripsiku benar - benar merupakan ujian terbesar dalam hidupku. Dan moment ini takkan pernah tergantikan dalam sejarah perkuliahanku. Aku benar - benar ingin menyerah saja kala itu.

Sampai akhirnya...

Subhanallah....
bener2 penuh kejutan...
Sehari sebelum pembimbing I-ku berangkat ke Jepang, aku ujian kompre. Pukul 05.00 WIB aku sudah mandi. Lantaran tidak bisa tidur semalaman aku jadi ingin cepat2 melewatkan waktuku bersama 3 orang dosen dalam 1 ruangan. Pukul 06.15 aku berangkat kekampus. Bisa ditebak, kan...bahwa aku adalah orangpertamayang sampai dikampus. Huh, menyeramkan. belum lagi aku harus menghadapi gemuruh didadaku. Waaahhh...kemana ini kedua sobatku yang janji akan berangkat pukul 06.30 WIB???

Sebenarnya aku tuh kesel banget dengan seorang sahabatku. Udah tahu aku mau kompre hari ini jam 6 tet!!! Netbuk ku dikembalikan tanpa charger, dan sampai kemarin sore, bahkan malam aku tunggu - tunggu nggak juga datenng nganterin charger itu. Alhasil aku nggak bisa belajar dari file2 yang ada didalam netbuk. Yapz...reddy tewas!!! jadi aku nggak bisa juga buat powerpoint untuk presentasi pagi itu. super duper jahat nggak sich tuh orang??!! Belum lagi dia aku mintai tolong untuk ngeprint transkrip nilaiku direktorat, bukan aku sengaja pengen ngerepotin dia, tapi karena emang dia sedang ada perlu direktorat, yasudah...sekalian toh...eeehhh...usut punya usut ternyata transkrip itu nggan ada wujudnya sampai pagi hari dia nongol dengan membawa charger dengan muka masih bengkak bekas bangun tidur. Padahal, apapun alasannya, dia itu tetap saja orang ter-egois yang pernah kukenal. huuuuuuhhh... menyebalkan!!! Parahnya lgi, dia itu nggak pake konfirmasi, yaaahh...namanya aja aku lagi gupek nyiapin pernak - pernik kompre, kok yaaa... nggak ada inisiatif sedikit aja buat konfirmasi, aaarrgghhh...kesel!!! Buakn hanya kali ini saja soalnya. Beruntung aku masih menyimpan transkrip semester lalu.

Satu lagi sahabatku, yang memaksaku untuk datang tepat waktu. Nggak boleh telat. Nyatanya...dia sendiri yang telat...nggak bawa kunci gedung lagi!!! parah, kan??!! sampai akhirnya dosen pembahasku datang, nggak lama kemudian pembimbing I ku datang. dan pastinya kami menjadi bulan - bulanan dipagi itu. huhuuuu...siaul dahhhh...bikin aku makin nggak karu2an ajaaaa... susah dah mendeskripsikan perasaanku. But, thank's anyway, He's the one and only yang ada digedung itu pada saat aku kompre dan berada dibalik pintu ruang seminar. Baiklah...kita akan duduk di GSG bersama - sama, kawan...

Daaaaannn... bermacam rasa berkecamuk dalam hatiku didalam ruangan itu. Gagu. wahhhh... gawat ini, kenapa aku bisa gagu. Otak dan mulut juga berjalan tidak sinergis. pertanyaan - pertanyaan mudah nggak bisa kujawab, lebih tepatnya bibirku kelu. Aku bisa melihat raut kekecewaan pada dosen - dosen ku yang amat sangat aku segani itu. Tentu saja aku merasa sangat bersalah. Andai saja aku bisa sedikit rileks... huh... sampai - sampai terlontar kata - kata dari pembimbing I-ku

" Lha, ini gimana kok pengetahuan dasar saja nggak bisa njawab. Mahasiswa berprestasi kok kayak gini," sambil geleng - geleng kepala.

"Udahlah, cabut aja gelarnya," Pembimbing II-ku menimpali.

waahhh...makin berantakan ini. rasanya kaki dikepala, kepala dikaki. Malu, euy!!! Nggak apa - apa bu, kalo mau dicabut, kan event-nya sudah lewat,pikirku. hihi...

Akhirnya sampai pada pertanyaan dosen pembahasku yang tampak lebih tenang membuatku juga sedikit lebih tenang. Beliau menuntunku seperti layaknya menuntun dan mengajadi anak kecil yang masih lugu. Weleh-weleh... yang begini ni yang bisa membuatku rileks. Jarum jam bergerak lambaaaaaattt banget rasanya. sesekali kulirik ke arah pintu ruangan, setelah itu jam didinding. Kupandangi dosenku satu persatu. Entah apa yang kucasri. Sampai akhirnya waktu telah habis dan aku dipersilahkan menunggu diluar agar para dosen saling mendiskusikan nilai yang layak bagiku. Aku sich sudah sangat putus harapan, sepertinya dapat C, namuan teman - temanku yang rupanya sudah berdatangan dan menunggu diluar ruangan meyakinkanku untuk tidak pesimis.

Akhirnya aku dipersilahkan memasuki ruang "pembantaian" itu lagi. Pemebimbing I-ku mengutarakan wejangan - wejangan, sampai akhirnya beliau menyebutkan nilaiku. Alhamdulillah...aku pikir aku tidak lulus dalam ujian ini. Terimakasih telah menuntun dosenku untuk memberikan nilai A yaaa... Rabb...


Trust me... it's not the end of my story
Ini justru awal dari hidup!

So keep on fighting!

KapanKompreKapanKompreKapanKompre

Haha...teman – temanku menanti dengan “wajah berharap2” melihatku keluar dari ruang pembimbing I dengan wajah berseri – seri. Huh, finally...ada juga jadwal kosong yang bisa “dikorbankan” dan dispesialkan (Buat gue ini mah) untuk mempertanggungjawabkan skripsi dan pengetahuanku semasa kuliah. Yaaa...ada dua opsi : Rabu 9 Februari, atau Kamis 10 februari dan kesemuanya jadwalnya jam 7 pagi. Can u imagine,huh?? Mas Midi (Sang Penjaga Gedung) pasti belum dateng. Yahhh...tapi mau gimana lagiiii...daripada aku harus menunggu Pembimbing I-ku pulang dari Jepang, dan saat itu pendaftaran wisuda telah ditutup, lalu aku masih saja aktif kekampus, bimbingan, menentukan jadwal (Masalah terkompleks dalam proses penyelesaian skripsi) dan aku hanya tersenyum kecut melihat temen – temanku memakai toga pada 15 Maret Mendatang. Aku memberikan karangan bunga kepada mereka satu – persatu seraya mengucapkan selamat dan melantunkan doa, sambil tidak lupa selalu tersenyum atas kebahagiaan mereka (walau hati teriris,halah lebai).

Yaaa...yang harus kulakuakan kini adalah menyampaikan kepastian jadwal ujian skripsiku epada Pembahasku. Karena tidak ada di kampus, aku selalu menghubunginya melalui telepon dan SMS. HP nggak aktif, howaaaaa...sampai malam, sampai aku nggak konsen dengan materi les.huhuuuuu...nggak juga ada kepastian jadwal, gimana nggak kalang kabut...!!!

Namun pada akhirnya, kepastian yang kutunggu datang juga...

Kamis, 10 Februari 2011 bertempat di Ruang Seminar lantai I pukul 07.00 WIB terjadilah peristiwa ituuuu...yang kutunggu – tunggu sejak hampir setahun lalu.

Ujian Komprehensif Rinda Gusvita, NPM 0614051068

Dengan judul skripsi : Optimization of Biogas Production from Wastewater of Cassava-Based Bioethanol Industry through Temperature Enhancement and Micronutrient Enrichment.

it's time to remove this song from my playlist:
Sdikit waktu yang kau miliki...
luangkanlah...untukku walau tuk sejenak...
>.<