Kawan, Aku Rindu

…Apapun yang terjadi, ku kan slalu ada untukmu…
Janganlah kau bersedih
Coz everything’s gonna be ok!!

Aku rindu lagu itu kawan. Lagu yang kau nyanyikan sebagai pembangkit gelora semangatku. Kau berjanji untuk selalu menjadi sahabatku, meski apapun yang terjadi denganku. Apakah aku akan menjadi pecundang dalam perlombaan itu. Ataukah aku akan berdiri di podium kemenangan. Aku ingat sekali, ketika itu aku akan berkompetisi, merelakan malam – malamku bergelut dengan laptop, jurnal, buku, dan kamus. Kau temani aku kala itu, setelah setahun sebelumnya pula kita sudah layaknya saudara. 

Ketika kau terpuruk dilanda renjana, aku selalu menggodamu, menyandaimu hingga senyum itu mampu tersungging dibibirmu meski sedikit kelu. Berkali – kali kau tersiksa dilanda rindu. Tapi kau selalu dapat bangkit dan menunjukkan ketegaranmu. Pun aku. Masa muda kita tak bisa lepas dari godaan penyakit hati memang. Dan itulah topic yang amat menarik untuk kita bicarakan. Hingga malam menjelang. Hingga suara parau lantaran terlalu banyak berceloteh ria. Kita menikmati itu, kawan. Kita saling menjaga.

Kondisi lingkungan, Keluarga, usia, dan tuntutan akademik memaksa kita mengejar mimpi – mimpi yang selalu kau bilang kau menaruhnya didepan mata. Bukan 5 cm didepan keningmu. Agar lebih dekat untuk selalu kau lihat, katamu. Kita bertarung, kita berjuang bersama menelusuri jalan demi mimpi kita. Hingga kau bilang kau menyerah. Aku sakit, teramat sakit melihat nyalimu yang ciut. Kau bilang, suatu saat kita akan sua “disana”, tempat yang kita impikan, meski aku tiba disana lebih dulu. Kau menguatkanku, meyakinkanku bahwa aku mampu, tak sepertimu yang lemah.

Kau dorong aku agar selalu berpikir rasional. Mempertimbangkan ini – itu dalam mengambil keputusan mengambil tindakan. Aku bergantung padamu. Aku selalu melibatkanmu dalam setiap masalahku. Maaf untuk itu, kawan. Dan aku hanya bisa berjanji untuk selalu berusaha agar mandiri. Aku mempercayaimu. Lambat laun aku kian mengerti arti kedewasaan. Itulah yang kau ajarkan. Melalui nasehatmu. Melalui kisah hidupmu. Bahkan akulah saksi kisah itu. Jujur, aku angkat topi untuk itu. Orang macam kaulah yang kelak akan jadi orang berhasil, kata ibuku. Aku ingin sepertimu. Aku iri, kawan.

Kubuka lagi album kisah bersamamu. Ada haru menyeruak disana.  Ada harap bersua denganmu. Berkisah tentang hari ini. Tentang alam raya. Tentang mimpi. Aku merindukanmu, kawan. Berharap malam ini aku bermimpi tentang edelweis, lumba – lumba, danau tiga warna. Dan ada kau disana. Menyapaku.

Wake me up when September ends,
-Araindavita-
25 September 2011 @10:55 PM

No comments

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<