Yogyakarta: Never Ending Asyiknya #5





Welkom...!!!
Menurut cerita, awalnya lokasi ini dijadikan kawasan peristirahatan bagi pada ahli geologi Belanda. Mereka mencari tempat beristirahat kearah utara dan akhirnya terpesona dengan keindahan dan kesejukan Kaliurang. Dan tidak jauh berbeda dari mereka, berikut ini adalah sekilas cerita liburan "Nyonya & Meneer" hahahihi... *abaikan* Ini cerita long weekend-ku di Yogyakarta. Lantaran panasnya udara ditempat tinggalku, aku menjadi butuh tempat yang sejuk dan menenangkan. Daerah dengan hawa dingin dan jauh dari hingar bingar kendaraan dan polusi. Akhirnya, terpilihlah Objek Wisata Kaliurang. Disana suasananya dingin, tenang, damai. 

Lokasi ini dapat dijangkau dengan kendaraan umum seperti bus dan juga elf. Dari Jalan Kaliurang Km 5, kami naik elf. Karena tidak sabar menunggu, kami naik saja kedalam elf yang ada. Ternyata kendaraan yang kupikir sudah tidak layak jalan itu hanya sampai di Pasar Pakem. Akhirnya setelah membayar 5k, kami turun dan dengan sabar menunggu kendaraan yang akan membawa kami menuju lokasi. Setelah menunggu elf yang kondisinya tidak lebih baik daripada yang pertama tadi, akhirnya kami tiba di lokasi Patung Kera, ongkosnya dari Pasar Pakem 5k saja. Untuk mencapai lokasi objek wisata, dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Museum Ullen Sentalu



Salah satu sudut Museum Ullen Sentalu
Paling suka dengan tanaman bersulur yang merambat ditemboknya,semacam memberikan nuansa...ummm... gothic unik gitu deh.














Bitter Sweet of Love



Setengah berlari aku menuju shelter bus dibawah guyuran hujan sore itu. Kulirik arloji yang mulai berembun, tepat pukul empat. Dalam waktu setengah jam aku harus tiba di Stasiun Tugu. Jantungku berdetak tak beraturan. Sesekali tersungging senyuman dibibirku. Aku akan bertemu lelaki yang telah mengisi hatiku sejak beberapa bulan terakhir.

Namanya Angga. Lelaki yang amat jauh dari sempurna. Dia kalah tampan dibanding lelaki keturunan Perancis yang baru saja kupatahkan hatinya. Kalah tajir jika disandingkan dengan Arya yang seminggu lalu datang meminangku. Dia juga tidak se-cool atlet basket gebetan para wanita dikampusku. Dia hanya lelaki sederhana yang sering memanggilku Ratu Lebah. Terlepas dari segala filosofinya tentang sapaan itu, aku begitu nyaman berada disisinya.

Pun saat ini, di kafe kecil tidak jauh dari stasiun. Kami asyik bercengkrama melepas rindu didepan dua cangkir kopi dan sepiring pisang cokelat. Masih ada gurat letih diwajahnya. Dia adalah pecandu kopi. Bukan cappuccino, bukan pula late, melainkan kopi hitam. Rasanya memang pahit. Sebagaimana cinta kami, namun sesekali kami juga menikmati manis yang terselip. Seperti manisnya kesabaran kami untuk berpasrah pada jarak. Jarak hanya bilangan dimana kami mengumpulkan rindu diantara Bandung dan Yogyakarta.

Kuletakkan cangkir itu dimeja sembari sesekali memandangi semburat indah pelangi senja.   

Ceritanya lagi ikutan kuis Cerita Mini Bentang Pustaka, semoga menang :)