Endometriosis: Perempuan dalam Ancaman Kista

Sebelumnya: 'Love' At The First Sight

Saya kerap mendengar mengenai penyakit mematikan ini. Banyak wanita menjadi infertil bahkan meninggal karena endometriosis. Ibu dari beberapa kawan saya juga menjadi korban dari keganasan benjolan berbahaya yang datang tanpa diundang. Beruntung saya mendapat kesempatan berbagi pengalaman dari seorang survivor endometriosis. Maka dari itu, saya merasa harus membagikan informasi ini bagi kita semua.

Endometriosis atau lebih akrab disapa kista ovarium (rahim), secara umum termasuk salah satu jenis dari tumor ovarium. Penyakit ini menyerang tanpa kenal usia meski umumnya dijumpai pada umur 20-50 tahun. Ovarium adalah organ tubuh manusia yang relatif kecil merupakan tempat yang baik untuk tumbuh berbagai macam tumor. Terdapat berbagai macam sifat dan bentuk tumor ovarium, bisa tunggal ataupun campuran, pada satu sisi atau kedua sisi, kistik maupun substantif, jinak atau ganas.


female reproductive system including fallopian tube, ovaries, uterus, cervix, vagina and endometriosis
Other sites for growths can include the vagina, cervix, vulva, bowel, bladder, or rectum. In rare cases, endometriosis has been found in other parts of the body, such as the lungs, brain, and skin (Sumber: womenshealth.gov)
Karena stadium awal kista ovarium ganas, jarang menunjukkan gejala dengan demikian, akan sulit untuk didiagnosis. Statistiknya menunjukkan: penderita tumor ovarium ganas, pada saat berobat 70% telah memasuki stadium lanjut. Kista ovarium gejala umumnya adalah badan menjadi kurus, cachexia, perut kembung, benjolan pada perut, ascites, dan gejala-gejala lainnya. Jenis ini merupakan salah satu tumor ganas yang mengancam nyawa wanita. Dan tingkat ketahanan hidup 5 tahunnya bergerak dikisaran 25-30%.

Womenshealth.gov  dan www.endometriosis.org.au memaparkan apa dan bagaimana endometriosis itu, sampai jenis pengobatan dan pasca perlakuan. Kita juga dapat mengunjungi endometriosis.org untuk mencari informasi mengenai 'pembunuh' ini. Maka, saya tidak perlu berpanjang lebar mengenai endomtriosis. 

Kawan saya divonis mengidap endometriosis pada usia tiga puluh dua tahun. Keluarga bahkan ia sendiri sangat kaget lantaran dia tidak pernah mengeluhkan sakit apapun. Selama ini ia sehat-sehat saja. Dia berpetualang, naik gunung, dan melakukan seabreg aktivitas tanpa ada keluhan kesehatan yang berarti.

Kala itu hatinya tengah berada di atas awan karena baru saja menyelesaikan pemberkasan Pegawai Negeri Sipil sebagai Dosen di salah satu Perguruan Tinggi Negeri. Hal itu adalah impian terbesarnya selema ini. Rasa syukur dan bahagia menggenapi keluarga mereka. 

Namun tiba-tiba suatu hari ia mengalami kesakitan luar biasa pada bagian perutnya. Seketika itu pula ia dilarikan ke UGD RS terdekat. Rasanya seperti dipelintir, ditusuk, dan diremas-remas dalam waktu bersamaan, katanya. Hal itu membuatnya berteriak dan sekujur tubuhnya kaku menahan sakit. Penderitaannya seolah lengkap ketika ia ternyata menderita alergi untuk sembilan jenis obat. Hal ini membuat paramedis takut untuk bertindak. Jika salah memberikan obat, napasnya akan terhenti dan berakibat fatal.

Dokter menyerah. Penyakitnya tak lagi mempan dikalahkan oleh obat. Dokter pun menyarankan untuk dilakukan pembedahan laparotomy. Keluarga dan ia sendiri keberatan. Pasalnya, pembedahan itu akan mengangkat rahimnya. Ini berarti ia tidak akan pernah mempunyai anak. Video untuk pembedahan ini saya temukan di youtube pada link pembedahan laparotomy.

Dalam dua minggu ia bolak-balik UGD rumah sakit. Setelah sedikit mereda, lima jam kemudian ia akan merasakan sakit luar biasa lagi. Hingga keluarga besar menggelar dzikir bersama untuk kesembuhan atau takdir terbaik bagi dirinya. Ia sendiri ikhlas dan selalu berzikir serta berpasrah kepada Allah. Hingga suatu ketika datang seorang sahabat dari kakaknya yang memberitahukan informasi pengobatan untuk penyakit ini tanpa pengangkatan rahim. Sistem laparoskopi, namanya.

Sistem laparoskopi bisa dengan cepat mendiagnosis dan menyembuhkan komplikasi penyakit yang susah disembuhkan, laparoskopi hanya memerlukan lubang kecil sebesar “lubang kunci” karena tidak perlu disayat pisau maka lukanya sangat kecil, tidak sakit, tidak langsung terbuka, risiko terinfeksi sangat sangat kecil,sedikit menimbulkan rasa sakit, operasinya singkat, pemulihan cepat, luka operasi setelah sembuh tidak berbekas, dan masih banyak banyak keunggulan lainnya. Saya menemukan video untuk proses ini pada link berikut: pembedahan laparoscopy

Pagi hari itu, ia dan keluarga langsung terbang menuju salah satu rumah sakit yang bisa melakukan treatment tersebut. RSUP Dr Kariadi Semarang  dan tangan seorang dokter lulusan S3 dari Australia menjadi perantara Allah dalam mengangkat penyakitnya. Selain alergi terhadap sembilan jenis obat, ia juga tidak mempan diberi bius yang biasa diberikan kepada pasien serupa. Ia bahkan membutuhkan dua ampul 'bius spesial' dengan harga dan kemampuan 'spesial'. Alhamdulillah, hingga saat ini, setelah satu tahun berselang, ia tidak pernah lagi merasakan keluhan sakit dan kista tersebut benar-benar hilang. Saya juga telah membuka website dan  peta rumah sakit tersebut.

Nikmat sehat dan waktu luang memang sering kali kita sia-siakan. Pengalaman kawan saya dalam memerangi penyakitnya adalah buah dari kesabaran, keikhlasan, kepasrahan atas semua usaha yang telah ia dan keluarganya lakukan. Tiga minggu lamanya mereka berusaha kesana-kemari. Cara medis dan dzikir telah diupayakan. Tidak sedikit pula biaya yang telah dikeluarkan. Bahkan awalnya mereka telah pula ikhlas jika ia akan dipanggil oleh Sang Kuasa. Namun kuasa manusia hanyalah melalui usaha dan tawakal, selebihnya hanya Allah Sang Penyembuh.


Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35).

Cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi).

Selanjutnya : Endometriosis: Pemicu Gejala dan Pengobatannya.

3 comments

  1. Wah..rinda informatif sekali artikelnya, bermanfaat nich bagi kaum wanita. Ane bergetar baca kisah temanmu,,jadi ngeri sendiri.
    Semoga Allah slalu melimpahkan nikmat sehat utk kita ( Amiiin )

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin yaa rabb... semoga kita dihindarkan dari marabahaya dan penyakit. Terimakasih, siti :)

      Delete
  2. terimakasih banyak, sangat membantu sekali informasinya...

    ReplyDelete

Terimakasih telah berkunjung, silakan tinggalkan komentar, ya>.<