2 Years of Togetherness, Means...?!

Oh, Man! aku dibuat malu oleh kenangan. Bukan, bukan kenangan yang menyakitkan, tapi lebih kepada kenangan yang menjadi jalan menuju masa depan. 

Malam-malam begini, dua tahun silam kita tengah menyusuri lorong-lorong gelap di kawasan Malioboro. Bukan, kita bukan sedang macam-macam. Kita mencari penginapan untukmu yang sudah letih berjalan seharian. Menungguku hingga pukul satu siang, mengukur jalanan dari Stasiun Tugu hingga  Taman Pintar, dan kembali lagi dengan rute yang sama, lalu Alun-alun Selatan, dan mengitari setiap sudut kota. Hingga kita kelelahan, kamu asal saja booking penginapan dan aku sampai nyaris ketiduran di dalam taksi menuju kerajaan karena kecapaian.

Aruna dan Lidahnya: Mengajarkan Bahwa Makanan juga Punya 'Nyawa'

Aruna dan Lidahnya among Ayam Taliwang, Plecing, Mint Tea, Kerupuk and Wedang Uwuh ( cred @vitarinda ; lokasi; Kerajaan Kecil Vita)



Judul                          : Aruna dan Lidahnya, Sebuah Novel tentang Makanan, Perjalanan dan Konspirasi
Penulis                       : Laksmi Pamuntjak
Desain Sampul        : SOSJ Design Bureau & Consultancy
Ilustri sampul          : Barata Dwiputra
Foto Pengarang       : Nona soetirto
Harga                         : Rp. 78.000
Format                       : Soft Cover
ISBN                           : 6020308529
ISBN13                        : 9786020308524
Tanggal Terbit          : 27 November 2014
Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama

Sisa Asa Tulisan Gagal




Kita terbiasa terjebak dan mendambakan happy ending dalam setiap cerita, termasuk dalam kehidupan nyata. Sayangnya, kita tidak hidup dalam layar FTV, sinetron, teenlit, atau semacamnya. Situasi-situasi klimaks terkadang memaksa kita untuk bertahan tanpa bisa menekan tombol ‘cut’, ‘pause’, bahkan ‘rewind’...

Untaian kata di atas adalah penggalan dari tulisan Daun-daun Hitam: Suara Bagi yang Terinjak, yang Terlupa. Tulisan yang me-review buku antologi cerpen besutan Yuli Nugrahani dan sketsa Dana E. Rachmat. Energi untuk memuat review ini di blog sebenarnya tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan saya telah menulisnya sejak September lalu, tak lama setelah buku ini terbit dan pada akhirnya saya Kopdar dan bercakap-cakap dengan penulisnya.

Ibu, tak Sekedar Seorang Perempuan

Wanita pertama yang dekat denganku sejak aku belum mengenal dunia itu bernama Sri Lestari. Biasa dipanggil 'Bu Guru' di kampungku. Kami memang tinggal di kampung yang jaraknya sekitar dua puluh kilometer dari ibu kota kabupaten. Aku sendiri dibesarkan di sana sampai aku SMA. Baru kemudian aku merantau dan tinggal bersama Nenek ketika kuliah. 

Ibuku adalah makhluk paling sabar yang pernah kutahu. Mungkin karena kesabarannya itulah Ia selalu diamanahi tugas sebagai pengajar kelas 1 SD. Mungkin juga kesabarannya selalu terasah dan teruji di sana. Di kelas, jangan bayangkan siswa yang sudah kenal huruf dan sudah terdidik nalarnya. Mereka adalah anak-anak yang ditinggal orangtuanya setiap hari ke sawah. Mungkin orangtuanya juga terlalu lelah jika malam hari harus mengajari anak-anak mereka, atau menyiapkan segala sesuatu sebelum anaknya pergi ke sekolah.

Daun-daun Hitam; Suara Bagi yang Terinjak, yang Terlupa


Oleh

Rinda Gusvita

 


 Judul Buku                  : Daun-daun Hitam

Penulis Cerpen            : Yuli Nugrahani

Pembuat Sketsa           : Dana E. Rachmat

ISBN                           : 978-602-1534-35-9

Penerbit                       : Indepth Publishing dan Caritas Tanjung Karang

Korektor                      : Yulizar Fadli

Desain cover               : Devin Nodestyo

Layout isi                    : M. Reza

Tanggal Terbit             : Cetakan Pertama, Agustus 2014

Tebal                           : 90 halaman + x

Dimensi                       : 14 x 21 cm



Daun-daun hitam hanyalah onggokan sampah sisa pembakaran. Kadang dimain-mainkan angin, diinjak orang yang lalu lalang, kemudian hilang begitu saja dari ingatan. Tanpa kesan.

Yuli Nugrahani menyatukan hal yang sangat sederhana itu dalam 12 cerpen dan 12 sketsa hasil kolaborasinya dengan Dana E. Rachmat. Apakah sketsa-sketsa itu merupakan penggambaran cerpen dalam bentuk nyata? Mungkin saja iya. Mungkin juga tidak.

Melalui kumpulan cerpen dan sketsa Daun-daun Hitam pembaca diajak untuk menghormati dan mengabadikan kesejatian manusia dengan keragaman cara pandang, budaya, etnis, dan keyakinan. Buku ini juga menyadarkan pembaca akan hal-hal sepele yang mungkin tak akan pernah dilirik sebelumnya.


Ecomusica #2: duh, Meregang Rindu!

Di musim panas merupakan hari bermain gembira
Sang gajah terkena flu pilek tiada henti-hentinya
Sang beruang tidur dan tak ada yang berani ganggu dia
Oh sibuknya aku sibuk sekali
Rindu. Itu kesan yang hadir menyayat-nyayat kalbuku. Padahal baru dua jam sebelum pergi nge-gig ditinggal Si-Hidung-Besar-Perut-Buncit. Padahal rencana awal kan dia mau nongtong juga :(.

Berbekal air minum, dan obat sebanyak-banyaknya akhirnya saya berangkat ke venue. Kapan lagi ketemu Mocca setelah sekian tahun lamanya. Rindunya setengah mati. Lebay! Baru juga belum ada setahun yang lalu nge-Mokis!