Mendongeng Tentang Mudik

Cogito Ergo Sum

Aku ada
karena aku berpikir
tapi bukan lantas mengada-ada
karena berpikir

Seharian ini aku berpikir
Sambil mengada-ada

Kemudian yang nampak adalah
Aku tampak tak ada
Namun aku nyata adanya

Aku ada dan tak ada
Karena aku berpikir

Haha... sepertinya pikiranku terlalu mengada-ada!
Rupanya aku ada
Untuk tidak berpikir apa-apa


Kamis, 28 November 2013 Pukul 14:07
Dibawah rimbunnya pepohonan sembari menyeruput kopi Food Park

Runyam

Hari ini aku berangkat jauh lebih pagi. Pukul 06.30 WIB.
Hidrolisis baru bisa dimulai pukul 11.15 WIB.
Shaker Waterbath-ku korsleting sampai bau terbakar menyeruak keseluruh penjuru ruangan pukul 14.30 WIB.
Aku tertuduh dari semua itu.
Aku lantas melakukan penyaringan hidrolisat, kemudian aku berencana menaikkan pH.
Begitu sampai di Lab. Mikrobiologi, pH meter menunjukkan angka 2, 31 untuk akuades.
Oh.... Tuhan...
... daaaannn...kabar baiknya adalah aku menemukan cool room yang bersih dan tidak pengap dilantai 2.
\(>.<)/

First Day of Struggle

Bukan benar-benar hari pertama riset sebenarnya. Hanya saja ini hari pertama memulai riset dengan rencana kerja yang semakin kompleks dan suasana baru. Risetku sendiri telah kumulai sejak Juni lalu bersama dua adik tingkat S1 yang satu tim program denganku, dan satu lagi beda program namun tetap satu tema. Kami senang bekerja bersama. Hingga akhirnya aku (dan dosen-dosen pembimbingku) mulai menemukan alur yang tepat. Juga metode kerja yang sulit. Hmm... aku tidak bisa melakukan penelitian ini di gedung fakultasku. Aku melakukannya digedung lain. Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi lumayan karena harus melewati jalanan kota  yang semakin runyam. 

Kau tahu bukan, aku  tidak pernah suka lalulalang kendaraan yang semakin hari semakin padat dan 'ngawur' dikota ini?! Itu membuatku stress juga flu karena emisinya. 


Sebenarnya juga ini bukan hari pertamaku lantaran aku sudah sering bolak-balik kegedung ini. Sejak dua bulan lalu tepatnya. Ketika aku mendapatkan deadline harus menyelesaikan laporan keuangan tanggal 27 September dan baru diberi tahu dua hari sebelumnya. Itupun ketika aku (dosen dan adik-adik) tengah menjadi panitia seminar internasional. Agak gila dan nekat memang. 

Mata Lelaki

Tantangan #FF100Kata hari ini adaaaalaaaaaaahh... jreng...jreng... MATA LELAKI!!!

Pertama kali aku melihatnya kira-kira satu tahun yang lalu lebih satu bulan. Dia berkampanye mengenakan kemeja kotak-kotak. Hush! Bukan Jokowi, dong! Kemejanya panjang dan berwarna biru kombinasi abu-abu. Pertama kali yang melekat dalam benakku adalah suaranya yang easy listening saat membawakan Cinta Kita-nya Slank dengan iringan gitar bolong yang dipetiknya sendiri.He was so....awesome at that time!!! *lebay*

Setelah sesi 'hore' itu, dia mulai berkampanye. Bukan menggunakan bahasa yang sok tinggi dan penuh intelejensi sebagaimana kandidat yang lainnya. Dia berbicara dengan intonasi yang mantap, mengalir, dan ber-lo-gue. Yap! dikota ini agak sulit ditemui orang berbicara lo-gue. Nggak seperti di Lampung, hehe. Bilang aja lo homesick! *ditendang*

As time gone by, semakin sering ketemu dia dikampus. Rambut dikucir, kemeja atau oblong, sepatu boot kadang-kadang juga sporty. Diantara teman-teman sepermainan dan diorganisasinya, sepertinya hanya dialah sosok ter-badboy. Aku menyebutnya: Pangeran Palasara (yang merawat anak burung diatas kepalanya).

Belakangan aku tahu kalau tongkrongannya adalah sebuah vespa berwarna merah marun. Dia memang (kl)asik sekali. Dari pembawaannya bicara dia tampak cerdas meski perpenampilan old school. Sorot matanya tajam, intonasi bicaranya dalam. 

Seorang badboy cerdas dengan sekuter merah marun...aaakkkk... melting...meltiiingggg...!!!

 Am I falling in love...??? No...no...nooo...! absolutelly not!! Itu cuma hiburan aja dikampus,lagian dia masih kecil, bok! Katakanlah, "ranting muda" gitu. So, with whom I fall in love?! Aku nggak mau dan nggak ingin jatuh cinta. Sakit kalik! Aku hanya ingin membangun cinta... tsaaaahhh....

Bukan dengan seorang politikus kampus, bukan pula lelaki bersorot mata tajam. Namun dengan dia, lelaki bermata teduh tempatku berlari diantara gemuruh.

Tulisan ini (tidak) diikutsertakan dalam #FF100Kata

Kolaborasi IPTEK-RTH: Solusi Bencana Ekologis

 "Puluhan korban longsor di Kecamatan Bumiwaras, Bandar Lampung, menuding, bencana yang merobohkan belasan rumah warga diakibatkan oleh penggerusan proyek perumahan Bukit Alam Surya (BAS) Resident"

Begitulah kira-kira headline salah satu surat kabar lokal Bandar Lampung mengungkap makin parahnya  bencana ekologis yang terjadi beberapa waktu lalu. Perumahan Elit tersebut merupakan milik Artalyta Suryani, pengusaha yang dulu heboh lantaran menyuap Jaksa Urip Tri Gunawan, dalam kasus BLBI. 

Pada saat yang bersamaan, banjir juga merendam ratusan rumah warga di Kecamatan Bumiwaras dan Panjang. Air menggenangi rumah warga hingga setinggi satu meter.  Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Lampung merangkum bencana banjir yang terjadi pada tahun 2013 ini dan dapat diklik disini.  Hal ini menunjukkan bahwa kita telah lalai dalam melakukan tanggungjawab pelestarian lingkungan. 

Sehari Tanpa Gadget: MERDEKA!!!



"Manusia dapat bertahan hidup empat puluh hari tanpa makan, tiga hari tanpa air, delapan menit tanpa udara. Tapi hanya satu detik tanpa harapan"

- Hal Lindsey -

Bener nggak, sih, statement itu?! Tapi kenapa nggak dibilang satu hari tanpa gadget manusia masih bertahan hidup?!

Gadget dalam pemahaman saya adalah alat bantu. Benda berbentuk alat apapun yang dapat membantu meringankan aktivitas saya, saya sebut dia gadget. Terserah wikipedia mau bilang apa, saya berhak untuk memberikan definisi sendiri. Bukannya egois atau tidak menerima kenyataan bahwa banyak yang bilang gadet adalah alat elektronik portable yang selalu inovatif. Tidak salah memang. Pengertian yang saya buat, kan, lebih luas maknanya. Anggap saja kita sepaham. Toh intinya sharing ide, tho? Warga WB cinta damai!
Reddy dan kopi : teman yang asik

Keberadaan gadget tidak dapat dipungkiri dapat memudahkan hidup dan membuat kita cerdas. Namun tetap saja penggunaannya harus dibatasi. Hal ini terkait dengan beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa konon gadget (elektronik) dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit-penyakit mematikan. Whattttt.... ??!!! Sebut saja kanker dan tumor pada kepala, telinga, kulit, dan tangan.

#FF100Kata : Lihat Aku, Ndre

Aduh... bahuku...!”

So...sooooriiii... Kamu ...” Kalimat itu kubiarkan menggantung. Andrea mengangguk. 

‘Ssstt... keep this secret, ya! Aku nggak apa-apa, kok.” Pujaanku yang malang itu tersenyum. Manis sekali melebihi cokelat hangat yang tadi kusesap.

Andrea mengaku kerap dihajar suaminya belakangan ini. Aku tidak habis pikir, bagaimana mereka mendapatkan kepuasan diatas ranjang dengan resiko badan remuk kesakitan.

“Kamu nggak sebaiknya ajak Adit ke psikiater, Ndre?” usulku yang kesekian kalinya.

“Lihat aku, Ndre, aku lebih pantas...,” aku menatapnya nanar.

“Aku menikmatinya, kok. Santai aja,” kembali dia menyembunyikan kepedihan dalam senyum simpulnya.

“Kau tau, Ndre, aku tidak rela kamu terluka... “, ujar batinku lirih.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata




Kembali Mengenalmu


Ternyata selalu ada jarak yang terbentang antara kedekatan raga dengan keintiman rasa. Seberapa besar aku memahami orang yang kucintai? Ketika segala impian, tabiat, hasrat terasa begitu dekat dan terkesan biasa saja. Aku mencintai orang asing. 

Kuingin  air mataku mengalir sejauh-jauhnya agar kamu tidak pernah tahu. Aku akan bergeming hingga kamu lupa berapa galon air mata yang kuperas untukmu. Untuk kebodohanku yang menganggap kita sudah saling mengenal. Nyatanya kita begitu asing satu sama lain. 

Aku harus meminta maaf padamu saat ini juga. Malam ini aku akan merebut kembali cintamu. Aku ingin kembali mendekap erat dan belajar mengenalmu. I miss you.

Diikutkan dalam #FF100Kata

Sumber Daya Air Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Rakyat


Perubahan mendasar yang terdapat dalam UU Sumber Daya Air (SDA) bila dibandingkan dengan UU No.11 Tahun 1974 adalah dibedakannya hak guna air menjadi dua kategori, yaitu hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna pakai air adalah hak penggunaan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari atau nonkomersial, sementara hak guna usaha air adalah hak untuk mengusahakan air bagi tujuan-tujuan komersial. Hal ini secara eksplisit telah menempatkan air sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan.
Air menjadi komoditas langka yang butuh perjuangan untuk setiap tetesnya
Selain itu dalam UU SDA juga diperkenalkan sistem kemitraan antara pihak pengelola sumberdaya air (dalam hal ini pemerintah) dengan pihak swasta. Hal ini di kemudian hari dapat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest) di mana perusahaan atau swasta yang berorientasi profit diberikan kewenangan untuk melakukan juga fungsi-fungsi sosial yaitu menyediakan air yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan makhluk hidup lainnya.

Bersama Pulihkan Bumi


“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rhum : 41)


Berbagai dampak perubahan iklim tidak terlepas dari perilaku manusia. Oleh karena itu diperlukan tindakan nyata untuk mencegah terjadinya permasalahan ekologi. Jika tidak segera diatasi, permasalahan ini akan menimbulkan krisis ekologi yang lebih kompleks lagi. Permasalahan ekologi merupakan permasalahan global yang tidak dapat diatasi oleh perorangan, kelompok, tetapi permasalahan ekologi ini harus kita atasi bersama.


Gaya hidup go green dengan bersepeda, misalnya. Manusia jaman sekarang dituntut untuk dinamis dengan mobilitas tinggi. Selain jarak dan medan yang ditempuh, waktu juga jadi pertimbangkan dalam pemilihan alat transportasi. Bike to work atau bike to school mungkin akan baik diaplikasikan untuk jarak dan waktu tempuh yang relatif pendek. Namun jika belum bisa, paling tidak bike to warung, bike to tetangga instead of naik motor.

Proyek Monumental : Pendirian Toko Buku Murah Dengan Akses Mudah

Aku masih ingat betul tugas dari Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan jaman S1 dulu. Beliau memerintahkan kami (mahasiswanya) untuk menuliskan 100 impian. Sebagai seorang pemimpi yang kala itu sangat merasa 'dikompori' oleh Andrea Hirata dengan Tetralogi Laskar Pelangi-nya, aku serius menuliskan mimpi-mimpiku. Bukan sekedar untuk pemenuhan tugas kuliah semata. 

Perlahan tapi pasti, mimpi-mimpi itu berangsur-angsur 'terstabilo' karena sudah tercapai. Harusnya aku berterimakasih dengan dosenku itu karena telah membuatku menuliskan impian dan 'terpaksa' harus bertanggungjawab mewujudkannya. Demikian juga dengan Pakde Cholik yang menantangku untuk berani mengungkapkan mimpi sekaligus berazzam untuk mewujudkan pada satu tahun kedepan. 

Dari sekian banyak mimpiku, aku sangat ingin berperan dalam peningkatan minat baca masyarakat. Khususnya masyarakat didaerahku. Selain ingin meninggalkan karya berupa buku dan tulisan-tulisan yang membangun, aku ingin mempunyai toko buku. Sebagai informasi, aku tinggal disalah satu desa dengan ketersediaan infrastruktur jalan dan akses teknologi yang cukup buruk. Aku sebagai anak muda yang merantau, tentunya harus kembali dengan secercah cahaya untuk (paling tidak) daerahku. 

Orangtuaku adalah guru SD yang ditugaskan didesa tersebut sejak tahun 1980, jauh sebelum aku ada dan diniatkan ada. Setidaknya aku paham dari cerita mereka bagaimana kehidupan masyarakat desa yang dahulunya mash berupa rawa itu. Bagaimana pula pola pikir mereka. Aku sendiri sudah merancang dan membangun ancang-ancang sejak aku masih bersekolah disana.

Waktu itu aku masih SD, aku banyak mendapatkan buku-buku bacaan dari sekolah. Selain itu aku juga kerap diajak ketoko buku yang letaknya jauh dikota ketika liburan sekaligus berlibur dirumah nenek. Kami harus menabung untuk membeli semua itu. Aku juga mendapatkan banyak buku-buku dan majalah dari sepupuku yang berlangganan. Aku masih ingat bacaanku dulu adalah Bobo, Ina, Andaka, kemudian meningkat hingga Kawanku dan Gadis. Aku juga sering membaca Femina atau Kartini milik Ibu. Bahkan ketika SD aku juga sudah membaca Tempo dan beberapa bacaan yang lain milik Bapak. Pendeknya, aksesku terhadap buku-buku dan majalah jauh lebih baik daripada kawan-kawanku didesa kala itu. Tidak heran jika aku merasa iba dan berniat membantu mereka.
Resolusi Tahun Baru-ku

Aku cinta buku, kopi, dan kamu ...

Hingga aku beranjak dewasa, aku keukeuh ingin membuat perpustakaan didesa. Itu mengapa aku sengaja mengumpulkan buku-buku koleksi sejak aku kecil. Tapi kemudian anganku berkembang, ketika kuliah di ibu kota propinsi pun aku mengalami kesulitan mencari beberapa literasi. Toko buku dikota kami hanya ada tiga dengan jenis buku yang sangat umum. Dengan demikian aku ingin membangun toko buku murah dikota itu.

Lalu bagaimana aku bisa membantu desaku jika aku membangun toko buku dikota? Akses mereka sangat jauh kekota. Itulah yang sedang aku pikirkan. Kemudian aku berencana untuk membuat sub-sub toko didesa, semacam internet kecamatan itu. Jadi mereka tetap berinduk pada toko bukuku dikota dengan kebutuhan bacaan yang lebih pasti dan banyak peminatnya. Kemudian sub-sub toko tersebut nantinya dapat meng-order buku yang belum ada. Tidak hanya menyediakan buku baru, toko buku ini juga menyediakan buku bekas sehingga lebih terjangkau harganya tanpa mengurangi manfaatnya.

Lalu dananya darimana? Untuk membangun satu toko buku saja sudah kuwalahan. Aku kembali mengurut kening dan memutar otak. Aku melakukan brainstorming dengan beberapa kawan muda yang berpengalaman dibidang ini. Satu catatanku, jika aku hanya mengharapkan keuntungan dari proyek ini, tentu aku tidak akan bisa. Untuk itu aku kembali meluruskan niatku. Berulang kali aku meluruskan niat, berkali-kali juga patah arang. Tapi keyakinanku adalah tidak ada yang mustahil didunia ini kecuali kemustahilan itu sendiri.

Aku tetap berpegang teguh pada niatku untuk meningkatkan minat baca masyarakat didaerahku. Untuk mengembalikan atau melipatgandakan modal, aku sudah mempunyai skema usaha lainnya yang tidak dapat dipisahkan juga dari adanya toko buku ini. Perlahan tapi pasti, aku mulai langkah kedua setelah niat ini dengan menulis proposal. kemudian aku akan menawarkan proposal tersebut kepada kawan-kawan yang memungkinkan. Semoga proyekku ini dapat terwujud ditahun 2014 nanti. Semoga tesisku juga lancar jaya sehingga studiku cepat selesai. Sekembalinya aku kedaerah dengan gelar baru dan pengalaman baru, tentunya aku harus memberikan kiprah baru untuk memajukan daerahku. Dengan demikian, akan ada Pendirian Toko Buku Murah dengan Akses Mudah   yang terstabilo dari 100 impianku. Impian logis yang tidak muluk-muluk. Aamiin yaa rabb... 

Ayooooo...adakah warga yang mau ikut membantuuuuu...???!!! Cuuuunggg!!!