Surat Terbuka Untuk Pengelola Robinson Raja Basa

Belanja mudah dan nyaman di swalayan memang menjadi pilihan saya jika dibanding harus pergi ke pasar dan tawar menawar. Selain jarak dan kenyamanan yang sama-sama terpaut jauh, swalayan lebih mudah ditemukan daripada pasar tradisional. Entah itu berupa minimarket, maupun supermarket. Saya bukan tidak berpihak pada rakyat kecil, tapi seharusnya kita berupaya agar mereka bisa menerapkan pola berdagang yang lebih baik dengan produk dan pelayanan yang berkualitas.

Saya sendiri jarang sekali datang ke salah satu pusat perbelanjaan yang terbilang baru berdiri di Lampung. Dulu sewaktu pembangunannya sebenarnya saya sangat heran, kenapa ada pusat perbelanjaan semacam itu bersisian lokasinya dengan kampus, tepatnya bersebrangan dengan (bakal calon) rumah sakit kampus. Mungkin saya baru berkunjung kesana sekitar empat kali saat saya pulang ke Lampung. Keempat-empatnya kunjungan saya itu meninggalkan kesan tidak baik.

Yogyakarta Never Ending Asiknya #6 : Kota Gede

Tidak sedikit orang yang melewatkan Kota Gede dari daftar kota yang harus dikunjungi ketika berwisata ke Yogyakarta. Saya sendiri belum pernah benar-benar tuntas mengeksplorasi Kota Gede, meskipun sering bermalam di salah satu kantor NGO disana. Baru beberapa hari lalu ketika saya dan seorang kawan hendak membeli seperangkat perhiasan perak untuk kawan kami di Lampung, saya baru sedikit menjelajah Kota Gede. Yap, wilayah ini memang dikenal dengan kerajinan peraknya. Padahal, menurut saya Kota Gede menyimpan keunikan sosiologis yang berpadu dengan antropologisnya. 

Kota Gede merupakan bagian dari Kesultanan Surakarta yang merupakan Ibukota Kesultanan Mataram. Hingga pada akhirnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Maka dari itu, kota ini menyimpan heritage yang sangat mengagumkan dan masih dijaga hingga kini oleh masyarakat setempat.